Suasana rumah saya petang ini sedikit lebih ramai dari biasanya, ramai oleh keseruan beberapa anak SMA yang tengah mempersiapkan keperluan untuk acara ekskul disekolahnya, mereka adalah adik perempuan saya dan teman-temannya, dari yang mereka bicarakan nampaknya keperluan yang harus mereka persiapkan amat banyak, cukup rumit, dan menyebalkan, bagaimana tidak, kakak senior mereka memberikan petunjuk apa-apa saja yang harus dibawa ketika kegiatan nanti namun dalam bahasa dan kode-kode yang aneh, seperti harus membawa telur raja, bantal laminating, permen jagoan, bus yang kuat dimakan macan, dan lain sebagainya yang sugguh saya tidak mengerti kakak-kakak senior mereka mendapatkan istilah itu semua dari mana, namun seru sekali nampaknya mereka, dengan diseling canda dan celoteh-celoteh konyol mereka mencoba memecahkan kode-kode itu, yang akhirnya saya tahu bahwa telur raja adalah istilah pengganti untuk telur asin, ah.. ada-ada saja.
Namun semenyebalkan apapun, masa SMA memang selalu menyenangkan,
saya pernah merasakannya, kelak mereka akan sangat rindu dengan momen-momen
yang baru saja mereka lakukan, seperti kini yang saya rasakan, melihat antusias
dan mendengar keseruan mereka dari dalam kamar tidur yang amat dekat jaraknya
dengan ruang mereka berada rasanya membuat saya yang selalu kalah melawan rindu
ini menjadi semakin merasa lemah, sungguh saya rindu masa-masa itu, masa dimana
bercengkrama dengan teman-teman tidak terhalang oleh pulsa yang habis, koneksi
internet yang lelet, paket kuota yang limit, dan hari libur yang bagai hanya mitos. Ah, tapi yasudahlah, hidup bukan hanya untuk meratapi masa lalu, kan? Lagi
pula sejauh apapun kini saya berjarak dengan mereka, sejarang apapun kita tidak
berinteraksi, kenangan tetap selalu manis untuk di kenang, dan rindu tidak
pernah absen terdikte dalam doa, saya harap mereka semua selalu baik dan dalam
lindungan-Nya. lagipula saya sudah tidak terlalu meratapi masa lalu kok, karena
perasaan galau, belum siap, dan segala hal tidak nyaman setelah berpisah dengan masa
SMA hanya akan bertahan sampai 2 tahun, percaya deh, selebihnya? Kita akan
terbiasa dengan aktivitas yang kita jalani. Begitulah yang memang saya rasakan,
karena kita tidak pernah tahu akan ada kejutan apa yang dibawa oleh waktu yang
bisa membuat kita bahagia menjalani hari ini dan rasanya ingin cepat-cepat besok, menanti kejutan lainnya.
Selepas SMA tidak semua harapan yang saya harapkan pada masa
putih abu-abu bisa terwujud, ternyata hidup tidak sesederhana yang saya rencanakan. Lulus SMA, melanjutkan kuliah, lalu bekerja dengan ilmu yang lebih memadai, kemudian dipertemukan dengan pujaan hati dan bersatu dalam bahtera pernikahan, dan akhirnya bahagia selamanya. Tidak, kawan.. hidup ternyata tidak sesederhana itu. siapa yang sangka jika saya harus telebih dahulu mencicipi dunia kerja sebelum menduduki bangku kuliah, dan kini siapa pula yang menyangka bahwa saya sudah menjadi "Ibu" padahal belum menikah, loh? kok bisa? ah.. hidup ini selalu penuh kejutan, kawan. disini akan saya ceritakan. Mungkin banyak teman-teman yang senasib dengan saya yang harus terlebih dahulu menjadi seorang pekerja sebelum menjadi mahasiswa, dan bahkan menjalani keduanya berbarengan. Saya merasakannya, betapa sulitnya menjaga semangat belajar untuk membaca modul-modul dan menyelesaikan tugas kuliah dengan tidak meninggalkan pekerjaan, namun Alhamdulillah saya bisa melaluinya dan kini tinggal menunggu undangan untuk wisuda, ah senangnya :)
Dan hey, menjadi ibu padahal belum menikah? yup! saya kini menjadi seorang ibu, walau bukan dalam artian sebenarnya namun saya suka menyandang panggilan tersebut, terasa manis rasanya. Tahu kenapa? karena saya merasa dibutuhkan oleh tangan-tangan kecil yang masih terlalu lemah memahami keadaan, saya harus menjelaskan banyak hal yang kadang saya juga tidak mengerti jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh celoteh-celoteh polos itu, saya harus menghadapi tingkah polah unik dan kadang menjengkelkan dari mereka, saya merasa semua yang saya rasakan bersama mereka adalah hal yang lucu dan seru, saya menjadi ibu. Walau belum seutuhnya mengerti dan mampu menjalani peran sebagai seorang ibu, tapi ditempat saya bekerja naluri keibuan saya terus di asah dan itu amat menyenangkan rasanya ^^
Pernah pada satu waktu saya harus melerai anak perempuan yang di jahili kawan lelakinya, si anak perempuan berlindung dibalik badan saya yang padahal sama besarnya dengan dia, saya merasa menjadi pelindung, dengan tidak banyak bicara anak laki-laki yang jahil itu beringsut mundur. Pernah pula saya menenangkan anak kelas 1 yang menangis, dan merapihkan kerudung salah seorang siswa yang terlihat berantakan, Ah.. menyenangkan sekali rasanya, namun hidup tentu selalu ada sulitnya, saya tidak selalu bisa menghadapi kenakalan mereka, tidak selalu bisa meladeni ingin mereka, tidak selalu bisa menjadi panutan mereka. Dari segala hal menyenangkan yang sudah saya tulis ini, apa kalian bisa menebak saya bekerja dimana? Yaa dengan amat riang hati saya menjawab bahwa saya bekerja di sebuah sekolah dasar Negeri di dekat daerah saya tinggal, berplang nama "SD Negeri Pilang", walau sebenarnya tidak terlalu dekat karena berbeda kecamatan dengan rumah saya tinggal, dan dipisah oleh sebuah jembatan, namun pula saya tidak merasa telalu jauh, kurang lebih 10 menit perjalanan. Bukan, saya bukan guru atau pengajar, saya hanya tenaga kependidikan, namun apapun itu jabatan dan status saya disana hari-hari saya selalu terasa bahagia jika berurusan dengan wajah-wajah polos itu, mereka yang membuat saya menikmati hari ini dan selalu menjadi tidak sabaran untuk menunggu hari esok. Merekalah kejutan yang dibawa oleh waktu, bisa dibilang mereka pelipur kecewa saya yang tidak bisa menjalani hidup sesuai rencana yang saya mau, tapi pahamilah kawan, rencana Allah memang selalu lebih indah dari rencana yang kita buat walau sudah sedetail dan seyakin apapun kita membuatnya, seperti saya yang bertemu dengan mereka :)
Selain menjadi ibu, disana saya juga menjadi anak dari
banyak ibu, saya harap kalian tidak bingung memahami kalimat saya yang satu
ini, nanti kalian akan paham. Saya bekerja di tempat yang kini saya tempati adalah atas rekomendasi dari paman saya yang pada waktu itu menjabat sebagi kepala sekolah disana, awalnya saya menolak,saya merasa tidak ingin mengambil kesempatan itu, karena saya takut terlihat tua, dan takut di panggil "ibu", lucu sekali memang, namun dengan banyak pertimbangan dan melalui banyak pemikiran akhirnya pada awal tahun ajaran 2013, tepatnya adalah bulan juli, saya berangkat menuju sekolah yang dipimpin paman saya dengan didampingi bapak, ah.. saya masih ingat setiap detailnya, dengan kerudung berwarna putih yang senada dengan baju yang saya kenakan dan bawahan celana katun hitam, saya memasuki ruangan itu, saat memasuki ruangan saya di suguhkan dengan pemandangan lemari etalase yang di atasnya berjejer piala yang pernah sekolah itu dapatkan, ditengah-tengah ruangan terdapat 9 meja yang juga sepasang dengan kursinya, diatasnya bertumpuk banyak buku dan file serta dokumen yang sudah pasti berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar dan administrasi guru, ruangan itu tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu kecil untuk menampung 9 guru + 1 orang kepala sekolah didalamnya, khas ruangan guru lazimnya, diseberangnya terdapat ruang perpustakaan yang dihuni 2 orang guru lainnya, ruangan itu juga sekaligus digunakan sebagai ruang UKS, ruang operator dan dapur, satu ruangan banyak fungsi, hanya di pisah oleh lemari sebagai sekat, ruangan itu digunakan guru-guru untuk bersantai dan berbincang-bincang.
Ada 4 orang ibu yang menjadi pembimbing sekaligus partner kerja saya disana, sisanya adalah laki-laki, inilah maksud saya menjadi anak dari banyak ibu, karena disana saya yang berusia paling muda, 18 tahun usia saya saat pertama kali menginjakan kaki disana, terlalu muda bukan untuk di panggil ibu? maka dari 4 ibu baik disana saya belajar menjadi seorang ibu walau memang belum seutuhnya tapi saya mendapat banyak ilmu dari yang mereka sampaikan ataupun tidak disampaikan, saya menyimak cara mereka memperlakukan siswa walau mereka tidak meminta saya menyimaknya. Kini, walau awalnya saya hampir menolak ajakan paman saya untuk bekerja disana, namun akhirnya saya merasa amat beruntung telah di takdirkan menjadi bagian dari keluarga besar sekolah walau saya bukan siapa-siapa, saya hanya seorang penulis dan penanggung jawab tabungan siswa, sesekali saya di minta untuk mengisi kelas yang kosong untuk mengganti guru yang berhalangan hadir, saya tidak mengajar, hanya memberi tugas titipan dan menunggui, itu saja, namun rasanya cukup menyenangkan :)
Namun tidak baik rasanya jika hidup terus berada di zona nyaman, bukan bermaksud sombong, sungguh saya amat bahagia menghabiskan waktu 2 tahun saya disebuah sekolah dasar negeri yang terletak persis pada perbatasan kecamatan itu, namun hidup harus terus bergerak maju, tidak bisa diam ditempat walau itu memang meyenangkan karena tidak perlu lelah, maka pada awal tahun ajaran baru ini atas rekomendasi dari salah seorang teman, saya berniat resign dan berpindah bekerja ke salah satu SMK swasta, lebih dekat dengan rumah. Ah.. selalu sedih ya rasanya membas tentang pergi, pindah, berubah, berpisah, dan segala hal tentang pelepasan dari satu keadaan ke keadaan yang lain, tapi disana, di SDN Pilang pula saya telah mendapat banyak pelajaran, banyak pemahaman baru, termasuk tentang perpisahan dan kehilangan, dari salah seorang guru, sekaligus partner kerja, sekaligus salah seorang ibu yang saya punya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di umur yang sedikit lagi genap memasuki usia 55 tahun, pada bulan ke 7 saya bekerja disana, saya merasakan perasaan itu, perasaan kehilangan, saya harus menyesuaikan diri dan menerima kenyataan dari yang tadinya ada menjadi tiada. Berat memang, namun itu yang terbaik, bukan? Kelak saat saya pindah bekerja entah apa yang akan mereka semua rasakan, saya harap saya sudah menaruh kesan yang baik dan menulis kisah yang mengesankan untuk staff guru dan semua murid. Semoga :)
Ada 4 orang ibu yang menjadi pembimbing sekaligus partner kerja saya disana, sisanya adalah laki-laki, inilah maksud saya menjadi anak dari banyak ibu, karena disana saya yang berusia paling muda, 18 tahun usia saya saat pertama kali menginjakan kaki disana, terlalu muda bukan untuk di panggil ibu? maka dari 4 ibu baik disana saya belajar menjadi seorang ibu walau memang belum seutuhnya tapi saya mendapat banyak ilmu dari yang mereka sampaikan ataupun tidak disampaikan, saya menyimak cara mereka memperlakukan siswa walau mereka tidak meminta saya menyimaknya. Kini, walau awalnya saya hampir menolak ajakan paman saya untuk bekerja disana, namun akhirnya saya merasa amat beruntung telah di takdirkan menjadi bagian dari keluarga besar sekolah walau saya bukan siapa-siapa, saya hanya seorang penulis dan penanggung jawab tabungan siswa, sesekali saya di minta untuk mengisi kelas yang kosong untuk mengganti guru yang berhalangan hadir, saya tidak mengajar, hanya memberi tugas titipan dan menunggui, itu saja, namun rasanya cukup menyenangkan :)
Namun tidak baik rasanya jika hidup terus berada di zona nyaman, bukan bermaksud sombong, sungguh saya amat bahagia menghabiskan waktu 2 tahun saya disebuah sekolah dasar negeri yang terletak persis pada perbatasan kecamatan itu, namun hidup harus terus bergerak maju, tidak bisa diam ditempat walau itu memang meyenangkan karena tidak perlu lelah, maka pada awal tahun ajaran baru ini atas rekomendasi dari salah seorang teman, saya berniat resign dan berpindah bekerja ke salah satu SMK swasta, lebih dekat dengan rumah. Ah.. selalu sedih ya rasanya membas tentang pergi, pindah, berubah, berpisah, dan segala hal tentang pelepasan dari satu keadaan ke keadaan yang lain, tapi disana, di SDN Pilang pula saya telah mendapat banyak pelajaran, banyak pemahaman baru, termasuk tentang perpisahan dan kehilangan, dari salah seorang guru, sekaligus partner kerja, sekaligus salah seorang ibu yang saya punya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di umur yang sedikit lagi genap memasuki usia 55 tahun, pada bulan ke 7 saya bekerja disana, saya merasakan perasaan itu, perasaan kehilangan, saya harus menyesuaikan diri dan menerima kenyataan dari yang tadinya ada menjadi tiada. Berat memang, namun itu yang terbaik, bukan? Kelak saat saya pindah bekerja entah apa yang akan mereka semua rasakan, saya harap saya sudah menaruh kesan yang baik dan menulis kisah yang mengesankan untuk staff guru dan semua murid. Semoga :)
Di setiap jengkal ruangan yang ada di sekolah saya menyimpan banyak kenangan, dan semuanya menyenangkan, saya tidak bisa menuliskannya disini satu persatu, karena akan menghabiskan banyak waktu kalian untuk membacanya, saya amat menghargai waktu kalian, kawan, bahkan untuk sekedar berkunjung ke blog saya ini barang sebentarpun saya amat mengucapkan terimakasih :)
Ini cerita saya tentang menjadi ibu, menyenangkan! Dan disini pula izinkan saya mengucapkan banyak terimakasih untuk semua murid serta dewan guru disana, terimakasih atas cerita-cerita menyenangkan, terimakasih atas ilmu dan kesempatan, terimakasih sudah menerima, terimakasih anak-anak, terimakasih SD Negeri Pilang.
Ini cerita saya tentang menjadi ibu, menyenangkan! Dan disini pula izinkan saya mengucapkan banyak terimakasih untuk semua murid serta dewan guru disana, terimakasih atas cerita-cerita menyenangkan, terimakasih atas ilmu dan kesempatan, terimakasih sudah menerima, terimakasih anak-anak, terimakasih SD Negeri Pilang.
Ini foto di bumi perkemahan saat acara hari jadi pramuka, disana saya merasakan repotnya ketika menjadi ibu untuk 14 anak perempuan dalam satu tenda
(Kurang 5 anak, sedang mandi, semua yang ada di foto belum mandi :D)
pak Isep, pak Nedi, bu Edah, Pak Yuda (dari kiri), 3 laki-laki dalam foto ini yang paling seneng ngebully saya dan paling bikin kesan yang menyenangkan dalam hal ledek-ledekan :D
Nunung, Nayla, Seli, Bintan, Winda (dari kiri), Ini siswa kelas 5 kesayangan, yang paling akrab :')
Latihan pramuka, yeay!
Ini pulang latihan, mereka narsis, mereka duluan yang minta di poto :D
Ini pak nedi dan pak yuda, mereka emang jahil :D
Ini bareng murid-murid kesayangan yang tadi :D
Serunya latihan pramukaaa :D
Bross, hadiah pertama dari siswa :)
Ini bareng nunung dan seli :D
Masih bareng murid-murid kesayangan :D
Ini momen hari Kartini bareng murid kesayangan, namanya Nunung, pinter, selalu juara kelas, dan selalu ngerasa kecewa kalo tiap lomba yang dia ikutin nggak bisa bikin sekolah bangga, misalnya cuma juara 2 bukan juara 1, kagum! :)
*NB: Sebenarnya masih banyak wajah-wajah yang menemani saya sehari-hari disana, rasanya ingin saya share semua, tapi sayangnya tidak banyak yang saya abadikan lewat kamera :(
Haurgeulis, disudut ruang dalam kamar.
created by: @ninitatabon
Haurgeulis, disudut ruang dalam kamar.
created by: @ninitatabon