Saturday, 21 May 2016

Sepenggal Kisah (Sejuk dalam Terik)

Sabtu malam ini berjalan seperti malam biasanya, hanya agak berbeda dengan hujan yang menyapa sejak senja, dan saya memilih menghabiskan malam ini bersama buku yang belum rampung dibaca. Buku karya Fahd Pahdepie, judulnya agak ekstrim untuk di ambil kesimpulan, tapi dont judge a book by its title yaa. Judulnya "Rumah Tangga", dan dont judge me by what i read, ini cuma semacam buku persembahan dari seorang suami (yang adalah si penulis) buat istrinya, saya sih ngoreh-ngoreh ilmunya aja. Dan malam ini saya tiba di part yang berjudul "Suami yang Paling Menyejukan Hati", aduh, lagi-lagi jangan nilai dari judulnya, karena ada sesuatu yang menurut saya menarik untuk dibagi tentang part ini. Penasaran? Lets read!

Book title: Rumah Tangga
Part: Suami yang Paling Menyejukan Hati
Page: 196-197

Istriku, ini kisah Nabi Muhammad dan istrinya.

Selazimnya, para istri yang menunggu suami mereka selepas perjalanan perang, di musim panas itu, Aisyah menunggu Rasulullah di perbatasan kota Madinah. Setelah beberapa lama menunggu lelaki yang paling dirindukan Aisyah pun tiba di hadapannya.

Setibanya di rumah, setelah Baginda Nabi melepas baju perang, lalu menurunkan perbekalan, Aisyah menyuguhkan segelas minuman manis nan segar untuk suami yang begitu dicintainya. Tanpa menunggu lama, Rasulullah pun meminumnya.

Sambil memperhatikan kekasihnya minum, Aisyah tampak menunggu sesuatu. Biasanya Muhammad Rasulullah akan menyisakan setengah gelas minuman yang disediakan Aisyah untuk diminum berdua bersama istri kesayangannya itu.

Namun, kali ini sang Nabi tampak menenggak gelasnya lebih lama dari biasanya. Hingga lewat setengah gelas, Aisyah tetap menunggu, tetap menunggu, barangkali suaminya lupa sesuatu... namun, ternyata Rasulullah terus saja meminumnya sendirian.

Sebelum minuman di gelas sang Nabi habis, Aisyah yang gelisah tak bisa lagi menyimpan pertanyaannya, "Ya Rasul, biasanya engkau menyisakan minumanmu untuk kuminum?"

Mendengar pertanyaan istrinya, Muhammad Rasulullah berhenti sejenak. Dengan gelas yang masih di bibirnya, sang Nabi hanya melirik Aisyah dengan ujung matanya, lalu melanjutkan lagi minumnya dengan lahap.

Aisyah tampak gusar, kali ini ia merasa ada yang berbeda dengan suaminya itu. "Wahai Rasul, mengapa engkau tidak berikan gelas itu agar aku bisa minum dari gelasmu, seperti biasanya?"

Mendengar istrinya yang terus merajuk, Rasulullah Muhammad akhirnya berhenti, lalu menyisakan sedikit air di gelasnya. Tanpa menunggu lama, Aisyah segera mengambil gelas itu, lalu mulai meminum airnya.

"Rasanya asin sekali!" Aisyah seketika memuntahkan air yang baru saja diminumnya. Ternyata, hari itu Aisyah keliru memasukkan garam ke dalam minuman suaminya!

Aisya yang merasa bersalah segera meminta maaf, Rasulullah menganggukkan kepalanya sambil menatap istrinya dengan penuh kelembutan.

Sementara lelah belum hilang dari punggung sang Nabi, siang itu terik matahari menampar-nampar kota Madinah. Namun, dirumah Muhammad dan Aisyah, akhlak seorang suami telah menjadi sesuatu yang paling menyejukkan hati.

Demikianlah, meski masih jauh dari akhlak Muhammad, mudah-mudahan aku bisa meniru jejaknya untuk menjadi sebaik-baik manusia, dengan perangai dan budi pekerti yang paling menyejukkan hati. Sebagaimana sabdanya, "sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah yang terbaik antara kalian terhadap istriku".

Demikian.

Sepenggal kisah dalam sebuah part buku yang saya baca malam ini. Menurut saya ini baik untuk dishare dan dibaca banyak orang, sebab kisah nabi selalu lebih dari baik untuk di ambil ilmunya. Semoga tulisan ini bukan sekedar bikin baper tapi juga bermanfaat.

Nita Bonita Rahman.
Haurgeulis, menjelang tidur.

Selamat Malam!