Ternyata saya lagi-lagi mengikari janji, Desember kemarin saya tidak menulis, atau lebih tepatnya tidak ada yang ingin saya tulis. Saya ingin menghabiskan 2017 dengan menikmatinya tanpa menceritakan apapun. Maka jadilah selama 2017 kemarin saya "bolos" menulis 2 kali. Dan sekarang mumpung Januari belum berakhir, mood menulis sayapun sedang baik, saya putuskan untuk kembali menulis absurd, karena lagi-lagi masih ingin membahas seputar kehidupan baru yang sedang saya jalani.
Saya pernah bercerita bahwa sebelum menikah dengan suami, kami hanya bertemu 4 kali dan itupun dalam suasana yang serba kaku, saya belum tahu bagaimana selera humornya, dia juga belum tahu bagaimana "gila" nya saya. Ditambah lagi kita berdua lahir dan tumbuh di daerah yang berbeda180 derajat, saya sejak lahir sampai sebesar ini tidak pernah "pergi" dari desa, dan dia justru sebaliknya, sejak lahir sampai hari ini sudah terbiasa dengan kehidupan kota, dua hal itu sempat membuat saya ragu, bisa kah saya menghabiskan sisa umur bersama laki-laki asing yang baru 4 kali saya temui dengan gaya hidup kami yang jauh berbeda? Pertanyaan itu juga sering sekali keluar dari teman-teman dekat saya yang kaget saat tahu saya akan menikah. Belum lagi perihal keluarga besarnya, saya pertama kali bertemu dengan ibu dan bapak mertua serta kakak dan adiknya hanya saat lamaran, sebelumnya belum pernah sama sekali saya bertemu dengan keluargnya. Bisa kalian bayangkan bagaimana nervousnya saya?
Pertama kali kami berdua duduk berdampingan di pelaminan, saya masih belum "luwes", setiap percakapan yang kami buat, selalu dia yang lebih dulu memulai. Hari pertama saya "diboyong", saya dibuat kagum dengan kecekatannya dalam packing baju yang akan kami bawa, dari sana saya mulai sadar bahwa kami berdua jauh berbeda, dia begitu rapih, sedang saya amat berantakan. Kemudian pertanyaan besar menghampiri, jangan-jangan saya menikah dengan laki-laki yang super kaku dan sulit diajak bercanda? Tapi hari berganti, detik-detik berlalu, kami resmi tinggal berdua saja dalam satu atap, semakin banyak saya tahu bahwa dia laki-laki yang nyaman diajak bicara, gila diajak bercanda, dan asik diajak diskusi. Dan soal keluarganya? Sungguh Allah sebaik-baik pengatur, ternyata keluarganya adalah keluarga yang mampu menerima saya dengan baik dan keluarga yang pernah saya idamkan dulu.
Semua kekhawatiran saya menguap begitu saja, benar sudah bahwa kita tidak butuh waktu yang lama untuk mengenal seseorang jika dia memiliki visi yang sama. Sesingkat apapun perkenalan, jika memiliki tujuan yang sama, maka segala perbedaan yang dipunya menjadi hanya sekilas info.
Dan ternyata sebelum Januari berakhir kami diberi "hadiah" oleh Allah, there's someone in my Tummy ❤ Masyaallah. Sungguh nikmat mana lagi yang ingin saya dustakan?
Karawang, 31 Januari 2018. Dalam kehamilan 6 minggu.
Nita Bonita Rahman