Sejak pertama kali lihat garis dua di testpack dan sadar ada manusia yang hidup di dalem perut saya, berulang-ulang saya merapal janji yang tidak didengar siapapun. Saat lahir nanti, lalu dia hidup dan tumbuh semakin besar saya janji akan jadi teman paling baik yang dia punya, pendengar paling setia untuk semua ceritanya, orang pertama yang dia datangi saat dia ingin mengeluh, juga berjanji akan jadi ibu yang serupa Ibok Retno Hening milik Kirana, tidak akan meninggikan suara, tidak meremehkan perasaan dan pendapatnya, tidak mengabaikan panggilannya, dan tidak akan menghakimi dengan tuduhan apapun, selalu jadi yang paling bisa menenangkan cemasnya.
Janji saya banyak sekali sampai rasanya sering sesak tertimbun janji sendiri, sering lupa harus apa, sering hilap jadi orang paling nyebelin untuk dia, kelepasan meninggikan suara, menuduh sembarangan, meremehkan kemampuan, bahkan capek mendengar ocehannya berulang-ulang.
Lalu saya sadar, ternyata harapan-harapan yang saya buat bukan untuk anak saya, tapi untuk saya sendiri, saya berharap menemukan sosok ibu yang "benar" menurut maunya saya lalu dengan tidak sadar menuntut diri jadi yang saya harap sendiri. Belakangan saya tau ini yang dinamakan INNER CHILD. Saya tidak mau mendidik anak seperti ibu saya mendidik saya.
Lalu saat benar-benar kelelahan dan cemas berlebih, saya kebingungan harus minta maaf pada siapa, pada anak yang punya ibu seperti saya, pada ibu yang punya anak seperti saya, atau pada diri sendiri yang terlalu keras berusaha menjadi Ibu?