Tuesday, 7 October 2014

Idealis

"Jangan sok sempurna,  berlakulah sebagaimana umumnya", kalimat itu memuakkan untuk saya, sering sekali kalimat tersebut terucap dari beberapa mulut yang bahkan saya kenal baik siapa pemiliknya.

Kata orang, hidup itu harus punya prinsip agar tak di bodohi, agar tak terbawa arus. Kata mereka, menjadi manusia harus punya pendirian, karena hidup kita yaa kita yang menjalankan, tapi.. saya heran, teramat heran bahkan, saat ada yang berpegang teguh pada apa yang dia yakini kenapa justru orang-orang itu, mereka, yang menggurui untuk memiliki hidup yang tak boleh mudah dihasut justru yang paling nyaring mencibir tentang prinsip yang diyakini?

Heran.. Entahlah..

Mereka bilang, "jangan sok idealis", padahal dari mereka saya memahami bahwa hidup memang kita yang menjalani, jadi kita harus berdiri pada kaki kita sendiri, kita tidak bisa berjalan menggunakan kaki orang lain, bukan? kecuali "menginjak" kaki orang, itupun jika tega melakukannya. Namun, mengingat jaman yang semakin ambradul bahkan adegan "injak-menginjak"pun menjadi satu hal yang bahkan terlihat biasa saja. orang-orang tidak lagi peduli siapa yang di injak, siapa yang menginjak, karena yang mereka nilai hanya hasil, bukan proses. Begitulah penilaian manusia, apa yang nampak yaa itu yang dihakimi.

Masih tentang sebuah prinsip yang mereka sebut idealisme, apa sih salahnya seseorang berpikir ideal untuk dirinya sendiri? selagi tidak merepotkan orang lain, sah bukan? Tapi, yaa namanya juga manusia, rasanya kurang sedap jika tidak menyantap aib manusia lainnya (naudzubillahmindzalik semoga saya bukan bagian dari orang yang demikian), apa lagi jika si orang berprinsip yang mereka hakimi itu melakukan kesalahan yang disebabkan oleh prinsip yang mereka pegang kuat-kuat, itu moment "empuk" untuk mereka melontarkan kalimat "Makanya jadi orang jangan sok idealis". Hey.. salah dan hilaf itu wajar, kan? Jika tidak pernah salah ya bukan manusia namanya tapi Tuhan. Dan anehnya, setelah di hakimi, masih juga diberi imbuhan kalimat "Sombong sih..".

Lucu kan?

"Hidup itu Tuhan yang menentukan, kita yang menjalankan, dan orang lain yang membincangkan", sepakat! entah siapa yang menulis kalimat itu untuk pertama kali, saya sepakat dan sependapat. Namanya juga manusia, benar disalahkan, salah yaa menjadi bulan-bulanan.

Tapi, sabarlah wahai hati-hati yang berpegang teguh pada prinsip dan apapun itu yang menurutmu baik, yakinlah bahwa Tuhan tidak menilai hasil namun menilai proses yang kita jalani, tabahlah mendengar ocehan mereka, hidup ini Tuhan yang punya kuasa, dan Syurga-Neraka bukan ditentukan pada mulut mereka.

Idealisme, prinsip, atau apapun itu yang mereka sebut saklek, pertahankanlah jika memang yang dipegang kuat-kuat itu berlandaskan Titah Tuhan. karena menjadi "berbeda" adalah bukan tentang arogan, tapi tentang pendirian.

created by: @ninitatabon


Wednesday, 1 October 2014

Salah aku atau salah rindu?

Entah apa sebenarnya yang aku cari, setiap malam, menatap layar laptop, menyusur dunia maya, berniat ingin menemukan hal baru yang belum aku tahu, berniat ingin melihat dunia tapi selalu berujung pada akun sosial media yang sama, profil sosial mediamu.

Selalu dan selalu, tidak hanya sekali dua kali, tapi setiap malam saat suara-suara gaduh perlahan tak terdengar, saat malam semakin beranjak larut, saat hanya detik dan deru mesin laptop yang menemani, saat rindu semakin menjadi.. aku selalu menuju ke arahmu, mengintip cerita hidupmu dari akun sosial mediamu, yang padahal sudah pernah ku baca sebelumnya, tapi masih saja aku menyusuri history, moment, status, tweet, yang pernah kamu buat.

Entahlah, aku pun tak paham, lagi-lagi setiap aku tersadar bahwa aku berselancar di dunia maya karena berniat ingin melihat dunia, justru aku malah bertanya-tanya, mengapa kini aku melihat foto yang kamu bagi beberapa minggu yang lalu?
Aku ingin melihat dunia, tapi selalu berujung pada akunmu, berharap kamu menulis sesuatu yang baru, memperlihatkanku segala kegiatan yang sedang kamu lakukan.
Aku ingin melihat dunia, tapi kenapa lagi lagi kini aku ada diakun sosial mediamu?
Aku ingin melihat dunia tapi mengapa selalu berujung padamu, apa alam bawah sadarku merasa bahwa kamu adalah duniaku?

Entah ini salah jemariku, atau memang otakku yang telah terlanjur membawamu masuk kedalam anganku, angan yang hanya terdiri dari beberapa sudut ini, sempit, dan terbatas, tapi tentangmu sudah mengisi separuhnya. Jadi salahkah aku, atau ini salah rindu?

created by: @ninitatabon