Apa yang paling sering orang lakukan jika sedang
menyendiri menikmati hujan selain
mengenang hal yang sesungguhnya paham betul bahwa semua tak akan bisa diulang? Menurutku
tak ada, hanya itu saja, mengenang. Mengenang apapun, entah tentang cerita bahagia yang membuat bibir tersenyum tipis nampak manis bayangannya pada kaca yang
berembun karena hujan diluar sana, entah tentang hal memalukan yang membuat
pipi merona bagai buah tomat dihalaman yang segar dibasahi hujan, atau tentang
getirnya penyesalan yang berakhir pada aliran titik air dari sudut mata, semakin
terasa getir ketika semilir angin yang perlahan menyusup halus melalui
fentilasi kamar menyentuh kulit hingga sampai ke hati yang ringkih dihantam
rindu. Hujan memang tidak hanya meninggalkan genangan, namun pula mengingatkan
pada kenangan.
Lalu, setelah hujan datang membawa banyak rasa, apa
lagi yang dihasilkannya selain jajaran aksara yang berderet membentuk namamu
dipikirku, kalimat-kalimatmu yang pernah terucap dulu, dan paragraf tentang kisah
kita yang berending sendu? Aku tertawa masam mengingat semuanya, apalagi alasan
mengenang jika bukan karena rindu? Klise.
Rindu dan kenangan selalu menjadi kambing hitam atas
segala perasaan mellow dihati, padahal kita yang ciptakan sendiri, namun yang pasti semua tidak
akan pernah ada jika waktu tidak pernah tercipta. Waktu, dalang dari segala perubahan, alasan
setiap pergerakan, penyadar sebuah keterasingan, dan waktu jua yang membuat kita
pernah saling melupakan untuk kemudian kini kembali mengingat, kita pernah
saling membenci untuk kemudian kini kembali merindu, kita pernah saling acuh
untuk kemudian kini kembali peduli.
Waktu berperan penting dalam alur cerita
yang kita buat, karena darinya aku akan tahu apakah akhirnya kita saling menyapa untuk kembali bersama, atau hanya sekedar menyapa untuk menyadarkan bahwa kita memang lebih baik-baik saja tanpa lagi menjadi kita. Entah, siapa
yang tahu dengan pasti jawaban dari pertanyaan ini? Entah, karena apa lagi yang
pasti didunia ini selain keentahan itu sendiri?
Entah, kita, entah...
created by: @ninitatabon