365 hari yang lalu saat mendengarkan kamu mengucap akad di hadapan bapak, aku di dalam kamar, mencoba tenang dan terlihat biasa saja, tapi nyatanya tidak bisa.
Lagi pula siapalah yang bisa terlihat biasa saja jika satu detik setelah ijab kabul selesai, tanggung jawab dan amanah baru justru dimulai. Amanah seumur hidup, sepanjang napas, sesampai Syurga.
Aku masih ingat satu malam sebelum walimah di gelar, setelah membahas hal-hal teknis untuk acara esok hari, aku memberanikan diri bertanya padamu: "Kalau setelah besok ternyata saya tidak seperti ekspektasi kamu, gimana?". Katamu: "Tidak apa-apa, saya menikahi kamu dengan segala konsekuensinya". Hm. Menarik. "Tapi kalau sebaliknya, gimana?", tanyamu. Tanganku basah oleh keringat hingga harus berkali-kali me-lap layar handphone.
Iya ya, gimana?
"Kamu bisa pasang gas? membetulkan genteng bocor? atau membenahi instalasi listrik?", aku justru menjawabnya dengan balik bertanya. Katamu di ujung sana: "Kalau tidak bisa, gimana?". Tiba-tiba aku berpikir pertanyaanku terlalu sensitif. "Maaf ya", itu saja balasku. Padahal dia tidak pernah sekalipun bertanya apa aku bisa memasak? atau apa aku bisa menenangkan seorang anak yang menangis? seketika menyesal sudah bertanya.
"Bisa, kok. Tenang aja. Sejak ada program pemerintah peralihan dari kompor minyak ke kompor gas, saya sering bantu mamah pasang gas di rumah", balasmu tiba-tiba, padahal aku sudah ingin ganti topik.
Eh, Alhamdulillah. Tapi kukira sudahlah, biar segalanya jadi kejutan setelah kita berdua sah di mata agama dan negara esok hari. Ku tutup saja percakapan kita malam itu karena tak baik rasanya jika kita berbincang hingga larut sedang kita belum halal.
"Setelah besok saya harap kamu terima baik dan buruknya saya apapun itu bentuknya".
"Baikmu saya syukuri, burukmu tanggung jawab saya. Kita benahi sama-sama".
Aku tersenyum.
Kini 1 tahun sudah kita menikah, meski kita sepakat tidak ada perayaan apapun dalam hidup selain Idul Fitri dan Idul Adha, tapi izinkan aku membuat pengecualian untuk hari ini, Selamat 365 hari pernikahan, sayang. Happy First Wedding Anniversary. Tahun pertama sudah kita habiskan untuk saling menyamakan irama langkah, tahun berikutnya akan ada kaki kecil yang harus kita tuntun langkahnya. Kamu pemimpinnya, harus selalu tahu langkah kita akan dibawa kemana. Dan seperti kataku dulu, kemanapun kamu menuju, aku akan terus berada satu langkah di belakangmu, mengingatkan sisi yang luput kamu tahu.
Selamat 1 tahun pernikahan, Tuan.
Maaf jika setiap memasak saya masih harus menggoogling resep, maaf jika saat kamu pulang kerja aku masih belum rapih membenah diri, maaf jika aku masih enggan mengolah dedagingan selain ayam, maafkan aku yang sering tiba-tiba uring-uringan tanpa penjelasan, maafkan aku yang tidak bisa jika tanpa kamu.
No comments:
Post a Comment