Debar itu
masih sama, debar yang entah karena apa. Mungkin dia mengerti bahwa rindunya
hampir terobati, baru hampir..
Lama tak
melihat sosok itu, sosok sang obsesi.
Tak menyangka
bahwa Tuhan memberikan waktuNya,
kepada yang sudah lama memendam rindu,
kepada
yang selalu bingung pada apa yang dirasa,
kepada
yang hanya bisa berdoa ketika hangat rindu menguap dari dalam lubuk,
kepada
ku.. yang merindu.
Ada senyum
dalam cermin.
Terimakasih,
dan bantu aku menjaga perasaanku, lirih hati didalam sini membisik sendu pada
yang diatas sana.
Hingga
tiba pada detik pertama, dan ku lihat kau ada.
Tatap itu
tak berubah, selalu membuatku tertunduk karena teduhnya,
Paras itu
masih sama, selalu membuatku tak kuasa memandang karena tentramnya,
Dan,
rasa ini masih yang dulu.. yang membuat pipi memerah malu.
Ada,
wujudmu mengobati sebuah rindu yang sakit.
Tak lama,
3600 detik saja.
Tapi,
setiap detiknya mencairkan jutaan rindu yang membeku.
Aku benci
pada jam yang melingkar dipergelangan tangan kiri ku, karena dia mengingatkanku
bahwa setiap ada rindu yang hilang pasti akan ada rindu baru, yang entah kapan
akan mencair dari beku seperti sebelum 3600 detik itu.
Terimakasih,
kau seindah yang ku ingat pada terakhir bertemu.
Dan kepada
sang Maha memiliki waktu, terimakasih atas 3600 detik-Mu.
3 comments:
hmm.. tuturnya, level mewah. 3600 detik
itu satu jam.. hmm..
satu jam..
itu..
._.
eh ~
:D
ai eh itu maksudnya bijimana ?
Post a Comment