Jika rasa dapat bicara, maka ada nama yang selalu di eja.
Jika rindu punya nyawa, maka jaraklah yang menghidupkannya.
Jika cinta soal kata, maka tentangmu adalah cerita yang tertulis indah.
Kini.. aku
sedang menanti sekeping hati yang kepingannya cocok saat disatukan
dengan yang kumiliki, tidak kurang tidak lebih, tidak terlalu besar atau
kecil sekali. Pas. dua keping hati yang kelak menjadi seonggok hati
utuh menyatu.
aku sedang menungu saat ketika cinta tidak lagi tabu untuk kita.
menunggu dalam senyap.
menanti dalam hening.
mendamba dalam doa.
kamu kah? atau siapakah?
Jika
penantian adalah perjuangan, maka saat
tangan waliku melepas jabat tanganmu kala akad usai diucapkan adalah hadiah termanis yang akan ku dapatkan.
semoga Allah ridho.
Created by: @ninitatabon
" Tentang hidup, tentang hati, dan tentang apapun yang dapat di ungkap dengan aksara. Ketika saya merasa tidak memiliki telinga yang dapat mendengar, saya yakin bahwa ada mata yang dapat memperhatikan dengan baik"
Saturday, 22 March 2014
Friday, 21 March 2014
Dariku, untukmu.
sebesar apa cintaku padamu? | waktu kelak akan memberitahu
karena rasa ini belum pantas diucap | tidak selagi aku masih belum siap
karena satu ucapan bisa menodai hati | noktah maksiat yang menenggelamkan diri
aku terlanjur terjembab dalam lubang rasa | bicara atau diam itu sama-sama menyiksa
namun bila terucap bukan hanya menyiksa namun sisakan dosa | karena kita sama-sama belum siap dan memendam rasa bisa jadi nista
masa depanku dan masa depanmu siapa yang tahu? | namun terkadang kebodohan mengambil alih akal sehatku
kukira dengan mencurahkan rasa ini padamu akan menenangkan | padahal kutahu itu awal musibah yang berujung pada penyesalan
maka mungkin diam adalah jalan yang terbaik | atau kujadikan saja ia beberapa lirik?
bagaimanapun aku tak punya muka | bila harus memulai dengan maksiat
maka biarlah rasa ini masih terpendam tanpa diungkap | sampai waktunya aku mampu dan pantas untuk bercakap
seberapa besar cintaku padamu? | mungkin engkau takkan pernah tahu.
created by: ust. felix siauw
karena rasa ini belum pantas diucap | tidak selagi aku masih belum siap
karena satu ucapan bisa menodai hati | noktah maksiat yang menenggelamkan diri
aku terlanjur terjembab dalam lubang rasa | bicara atau diam itu sama-sama menyiksa
namun bila terucap bukan hanya menyiksa namun sisakan dosa | karena kita sama-sama belum siap dan memendam rasa bisa jadi nista
masa depanku dan masa depanmu siapa yang tahu? | namun terkadang kebodohan mengambil alih akal sehatku
kukira dengan mencurahkan rasa ini padamu akan menenangkan | padahal kutahu itu awal musibah yang berujung pada penyesalan
maka mungkin diam adalah jalan yang terbaik | atau kujadikan saja ia beberapa lirik?
bagaimanapun aku tak punya muka | bila harus memulai dengan maksiat
maka biarlah rasa ini masih terpendam tanpa diungkap | sampai waktunya aku mampu dan pantas untuk bercakap
seberapa besar cintaku padamu? | mungkin engkau takkan pernah tahu.
created by: ust. felix siauw
Thursday, 20 March 2014
Moment Selepas Hujan
Ini bukan kali pertama, tapi rasanya selalu sama.
Ini tentang rindu yang selalu membuat sendu.
Ini tentang rasa yang belum sepatutnya ada,
"Tak bisakah?", katamu pada satu moment ketika ku katakan bahwa aku lupa caranya untuk membuka hatiku lagi untuk orang sepertimu.
"bahkan jika kunci yang ku bawa adalah sebuah komitmen suci, masih tak bisa juga kah?", mukamu tampak serius, ucapmu sungguh yakin.
masih juga membahas soal yang sama. masih itu-itu saja...
Tapi, sore tadi setelah tanah puas akan rindunya pada air dari langit, saat hawa sejuk selepas hujan memasuki rongga pernafasan. pertahananku kembali kau buat luluh.
hanya dengan kalimat, "akan terus ku perjuangkan kamu hingga seseorang telah memilikimu".
atmosfer manis menyeruak dari setiap sudut kamarku selepas hujan kala sore itu.
@created by: @ninitatabon
#sedangabsurd
Ini tentang rindu yang selalu membuat sendu.
Ini tentang rasa yang belum sepatutnya ada,
"Tak bisakah?", katamu pada satu moment ketika ku katakan bahwa aku lupa caranya untuk membuka hatiku lagi untuk orang sepertimu.
"bahkan jika kunci yang ku bawa adalah sebuah komitmen suci, masih tak bisa juga kah?", mukamu tampak serius, ucapmu sungguh yakin.
masih juga membahas soal yang sama. masih itu-itu saja...
Tapi, sore tadi setelah tanah puas akan rindunya pada air dari langit, saat hawa sejuk selepas hujan memasuki rongga pernafasan. pertahananku kembali kau buat luluh.
hanya dengan kalimat, "akan terus ku perjuangkan kamu hingga seseorang telah memilikimu".
atmosfer manis menyeruak dari setiap sudut kamarku selepas hujan kala sore itu.
@created by: @ninitatabon
#sedangabsurd
Friday, 14 March 2014
Definisi Bahagia
Bahagia
itu relatif, tergantung sudut pandang masing-masing orang. Karena ini adalah lapak saya, maka semua yang saya tulis
adalah rasa bahagia milik saya pribadi. Well.. Check this out!! Mari masuki
bagian-bagian bahagia dihidup saya :)
Kata
orang, bahagia itu sederhana. Merasakan rintik hujan jatuh ditelapak tangan
sajapun bisa membuat orang bahagia, loh? Kenapa bisa? Bukan kah itu hal biasa?
sudah
saya katakan diawal bahwa bahagia itu relatif, tergantung sudut pandang
masing-masing orang, maka cobalah lihat dari sudut pandang mereka yang hidup
didaerah kekeringan, sekian lama
merasakan gersang. Maka, rintik hujan yang menyentuh telapak tangan mampu
mendefinisi rasa bahagia untuk mereka, seperti kedatangan yang dirindu,
menyambut yang dinanti, begitulah bahagia.. relatif, tapi selalu miliki rasa
yang sama. Menyenangkan.
Sebelumnya,
kalian tau bahwa saya hidup dalam lingkungan yang tidak mewah, sederhana saja,
yaa bisa dilihat dari beberapa postingan saya yang membahas soal hidup ^^. Tapi,
dalam keterbatasan ini, kalian juga harus tau bahwa banyak hal yang membuat
saya bahagia. Karena Allah menciptakan saya dan mengizinkan saya hidup
dibumi-Nya bukan hanya untuk menggalaui hidup, tapi juga untuk menikmati semua
yang Dia berikan. Pertama-tama, saya amat sangat bersyukur dan bahagia Allah
masih memberi kesempatan kepada saya mencoret-coret halaman ini (re: ngeblog lagi), ini pantas disyukuri
karena jika tanpa izin-Nya saya tidak akan bisa mengumumkan pada dunia semua
rasa bahagia yang saya punya. Tapi, nikmat bahagia yang Allah beri pada saya
lebih dari banyak,jika harus saya tuliskan semua tidak akan selesai ditulis dan
dibaca dalam 1 bulan atau bahkan lebih. Jadi, yang akan saya tulis disini yang
inti-inti saja, atau paling dominan, tapi percayalah bahwa semua yang ada
dihidup saya walau tidak tertulis sekalipun selalu ada sisi bahagianya :)
Coretamania
(panggilan untuk kalian yang sering mampir diblog saya :D), seberapapun banyak
harta kita, itu semua terasa NOL saja tanpa mereka yang mampu beri warna
dihidup kita. Orang tua, keluarga, sahabat, teman-teman, rekan kerja, ibu
warteg, bapak penjual roti, mamang penjual somay, dan mereka-mereka semua yang
jika tidak ada maka hampa sudah hidup yang kita punya.
Dan..
Inilah mereka yang menjadi bagian dari definisi rasa bahagia dihidup saya..
Jika
kita miliki materi berlimpah tapi tidak miliki orang tua, maka siapa yang akan
merasakan bangga pada pencapaian mimpi-mimpi kita? Siapa yang akan merasa
bahagia telah melahirkan kita ke dunia? Kawan, saya tidak miliki materi
berlimpah, tapi saya masih miliki orang tua, satu pasang, masih lengkap. Dan
saya bahagia. Bagaimana tidak? Karena saya masih miliki malaikat utusan Allah
yang kasat mata, nyata, dan ada, mereka yang saya sebut “Mamah dan Bapak”. Kami
memang bukan orang kaya, dan hidup kamipun tidak lepas dari masalah, tapi
sesulit apapun hidup, hanya dengan duduk bersenda gurau bersama mamah dan bapak
diruang tamu dan ditambah dengan dua adik dan seorang kakak yang kadang
menjengkelkan saja selalu bisa membuat bahagia dan lupa pada apapun masalah
diluar sana. Saya masih miliki sosok wanita yang rela memasakan makanan ketika
saya lapar tapi saya lebih memilih malas-malasan, saya masih miliki sosok
laki-laki yang rela menghabiskan waktunya, meneteskan peluhnya, menguras
tenaganya demi saya bisa makan dan sekolah seperti teman-teman kebanyakan. Sosok
laki-laki yang menghidupi seorang istri dan empat anaknya, laki-laki yang rela
mengantarkan saya kemanapun, dari sekolah, kerja, hingga hanya ke rumah teman
saja. Maka, dalam keterbatasan dan kesederhanaan hidup yang kami punya, saya
tetap merasa amat bahagia.
Saudara
kandung. Mereka adalah makhluk yang jika ada dan berdekatan terasa menjengkelkan,
jika tak ada dirindukan, jika bersama membosankan, jika tak ada ditanyakan.
Begitulah.. penambah warna didalam rumah. Walau tidak selalu akur, tapi kasih
sayang saya pada dua adik dan satu kakak yang saya miliki banyaknya tidak bisa
diukur. Saya amat bahagia, menjadi kakak untuk dua orang adik dan menjadi adik
dari seorang kakak. Kurang menyenangkan apa lagi? Saya tidak perah merasa
kesepian ketika dirumah, walau bertengkar adalah aktivitas membosankan yang
sering kami lakukan, tapi ketika ada satu hari saja kami tidak melakukannya,
maka hampa sudah satu hari yang saya punya. Mbak Imah, Mbak Ovi, Mas Adit.
Mereka adalah partner adu mulut saya, partner dimarahi mamah. Tanpa mereka,
siapa yang akan membantu saya mencari ketika saya lupa menaruh barang? Dan,
Siapa yang akan bersama dengan saya memperjuangkan kebahagiaan untuk mamah dan
bapak? Mereka.. 3 orang manusia yang didalam darahnya mengalir darah yang sama
dengan saya, yang lahir dari rahim yang sama, dan diperjuangkan hidupnya oleh
seorang laki-laki yang sama. Kakak dan adik-adik tercinta, saya bahagia miliki
mereka.
Teman-teman,
dan sahabat-sahabat tercinta. ini bagian definisi bahagia yang miliki warna
paling dominan dalam kanvas hidup yang saya punya.
Seseorang
pernah berkata pada saya “Mbak nita,
sahabat-sahabatmu bikin aku iri deh, aku pengen punya sahabat kayak mereka juga,
kayak sahabat-sahabat mbak”.
Maka,
sudah tergambarlah bagaimana saya bahagia miliki mereka. Jika ada orang asing
yang tidak punya hubungan darah sama sekali tapi amat mengerti kita, dia lah
yang disebut sahabat. Saya biasa menyebut mereka dengan sebutan “Kawan-kawan
absurd”. Saya rasa bagian ini akan jadi pembahasan paling panjang, karena dari
mereka rasa bahagia saya terdefinisi begitu indah. Bahagia adalah ketika kita
ada pada satu tempat yang didalamnya kita tidak takut untuk menjadi diri kita
sendiri, tidak dibuat-buat, apa adanya. Setelah orang tua dan kakak adik
tercinta, maka sahabat adalah salah satu tempat yang saya maksud juga. Mereka
adalah pemberian Allah paling manis, mereka adalah makhluk yang mampu membuat rasa
semangkok mie ayam kaki lima jadi terasa makanan restoran bintang lima.
Rasulullah
mengatakan “jika ingin menilai seseorang
lihatlah dengan siapa dia berteman”.
Maka,
saya amat sangat bersyukur Allah memberi sahabat-sahabat terbaik seperti mereka
yang ada dihidup saya. Ada yang Allah hadirkan sudah 13 tahun lamanya, banyak
yang bersama saya dari duduk disekolah menengah pertama, tidak sedikit yang sudah
dekat sedari dibangku SMK, ada yang baru didatangkan saat kuliah, hingga mereka
yang Allah pertemukan sebagai teman mengkaji ilmu agama, bahkan adapula yang
saya kenal lewat social media (dengan cara baik-baik tentunya). Mereka semua
yang dihadirkan-Nya dari pertama berkenalan hingga kini masih menjadi
teman-teman terbaik saya, walau kita ada ditempat yang tidak lagi sama, tempat
tinggal sudah tidak lagi hanya berjarak desa, kesibukan berbeda satu dan
lainnya, jadwal libur yang tidak sama waktunya, merekapun miliki teman baru
lainnya, dan intensitas bertemu yang tidak sesering biasanya.. tapi, itu semua
tidak membuat saya lupa pada mereka dan membuat lain arti mereka dihidup saya
Kadang,
manusia berpikir betapa bahagianya jika dunia menjadi sesimple yang mereka
impikan. Saya pun begitu, berhayal bahwa dunia menjadi seperti yang saya ingin,
semuanya mudah dan setiap detiknya bahagia. Dan, bersama kawan-kawan terbaik
saya semua hayal tidak hanya menjadi angan saja. Saya tidak takut untuk menjadi
diri saya sendiri, bahkan jika saya menjadi orang lain itu terlihat aneh. Mereka,
partner kebodohan, partner tukar pikiran, partner mencurah perasaan. Mereka adalah
makhluk yang mampu mengerti bahasa yang tidak mampu diterjemahkan.
Ini
adalah coretan apresiasi saya untuk teman-teman tercinta yang sudah bersedia
menjadi kawan-kawan baik saya. Karena saya tahu bahwa saya belum mampu menjadi
seorang teman yang sempurna, maka hanya dengan mengumumkan pada dunia tentang
kebahagiaan saya karena miliki mereka yang saya bisa.
Bahagia
itu sederhana.. hidup bersama orang tua, saudara, dan kawan-kawan tercinta
sudah cukup untuk mendefinisikannya. Dan sebenarnya hanya ada satu kunci rasa
bahagia yang orang banyak tahu tapi malas memahaminya, karena mereka bilang
klise katanya, yaitu bersyukur atas semua yang sudah Allah beri pada kita.
“Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang
engkau dustakan?”, kalimat itu disebut dalam al-qur’an surat Ar-Rahman
sebanyak 31 kali agar kita tidak mengabaikan arti dari rasa syukur.
Maka..
Terimakasih Allah untuk semua yang ada dihidup saya.
Teletubies (SD-SMP-SMK-hingga sekarang)
GG "Gombrang-Gambreng" -personil belum lengkap- (SMK-hingga sekarang)
sebagian kecil dari teman SMP
Kawan kuliah
Kawan kuliah
Teletubies
Kawan SMK hingga sekarang
Kawan SMP hingga sekarang
Kawan SMP hingga sekarang
Kawan SMP hingga sekarang
Kawan SMK hingga sekarang
Kawan OSIS SMK
*berharap bisa upload semua foto tentang mereka yang ada difolder saya, tapi apa daya. dan, itulah sedikit foto tentang mereka ^^
Demikianlah mereka yang menjadi bagian definisi bahagia dihidup saya :)
Demikianlah mereka yang menjadi bagian definisi bahagia dihidup saya :)
Created
by: @ninitatabon
Butuh Dukungan
Menuju kepala dua. Alahamdulillah masih diberi kesempatan hidup hingga detik ini.
Sekarang, aku bukan lagi seorang anak yang menjalani hidup dengan terus diatur oleh orang tua. Di peralihan masa dari remaja menuju dewasa ini aku dituntut untuk memilih jalan hidupku sendiri namun tidak lepas dari pengawasan orang tua. "Kalian sudah besar, bapak tidak ingin banyak mengatur lagi", begitu kalimat bapak kepada kami, aku dan kakak ku. baiklah.. kini, hidupku tergantung pada pilihanku.
Tapi, aku sadar apa yang bapakku katakan bukan bermaksud melepas kami begitu saja, tapi bermaksud menggendongkan sebuah tanggung jawab dan kepercayaan besar pada punggung kami.
aku paham, dan aku mengerti.
Aku sudah besar..
Maka, aku berhak memilih.
Begitulah katanya.. Tapi, tak semudah kenyataannya.
Kini, aku memilih ingin menjadi investasi akhirat yang mengungtungkan untuk ibu dan bapakku, mereka memang tidak melarang, tapi terkesan tak mendukung maksudku.
ini tentang jilbabku, dan kerudung yang menjulur panjang di kepalaku.
ibu ku tidak melarangnya, ayahku tak menyuruhku mengubahnya. Tapi, mereka berkata bahwa aku tidak terlihat seperti wanita kebanyakan, jilbabku terlalu berat untuk dipertanggung jawabkan.
"kerudungmu terlalu panjang, tidak seperti wanita normal lainnya", kata ibu ku pada suatu pagi saat ku bersiap berangkat kerja. "bisa kau berkerudung biasa saja?". aku hanya diam tak mampu menimpalinya.
Ibu.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan adalah untukmu. aku ingin menjadi shalihah dan turuti syari'at-Nya untuk kebahagiaan akhiratmu.
"sepertinya dia telah masuk salah satu organisasi", bisik bapak pada ibu disuatu malam saat aku baru saja selesai berwudhu sebelum tidur, karena menurutnya berwudhu sebelum tidur itu tidak wajar.
Bapak.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan semata hanya untuk Tuhanku, bukan atas perintah manusia biasa sepertiku atau organisasi dan apapun itu yang kau maksud untuk menilaiku. Aku berwudhu karena ikuti sunnah nabi ku. Andai kau tahu dan tak menilai semua manusia harus berlaku sama.
Ini pilihanku, menjadi baik untuk kalian, menjadi positif di pandang orang, dan di nilai baik di mata Tuhan.
kalian berucap bahwa aku sudah besar, aku berhak memilih asal tak bertentangan dengan norma, tapi..
mengapa saat aku sudah memilih kalian tak mendukungnya?
kenapa saat aku sudah menetapkan hati tak kalian mengerti?
apakah aku melanggar norma?
apakah aku terlihat tak seperti orang lainnya?
apakah aku tampak asing untuk kalian yang ku cinta?
Apapun itu jawaban kalian untukku, bagaimanapun penilaian kalian terhadapku, aku tetap anakmu. ini pilihanku. walau orang bilang pakaian yang ku kenakan hanya pantas dikenakan oleh para santri, atau hanya dikenakan seorang anak ustad yang ilmunya tinggi, tapi.. untukku itu tidak berarti, karena Jilbab Syar'i untuk mereka yang mengerti bahwa perintah Allah untuk ditaati. Dan.. ini perjuanganku untuk menjadi investasi yang menguntungkan untuk ibu dan bapak diakhirat nanti.
Kini aku kebingungan dan ketakutan melihat tatapan-tatapan orang yang penuh kecurigaan, mungkin inilah yang disebut ujian.
Maka, Ibu.. Bapak.. kalian yang paling mengenalku. Andai kalian tahu.. aku butuh dukungan kalian, agar aku tak merasa sendirian menghadapi banyak tatapan.
created by: @ninitatabon
Sekarang, aku bukan lagi seorang anak yang menjalani hidup dengan terus diatur oleh orang tua. Di peralihan masa dari remaja menuju dewasa ini aku dituntut untuk memilih jalan hidupku sendiri namun tidak lepas dari pengawasan orang tua. "Kalian sudah besar, bapak tidak ingin banyak mengatur lagi", begitu kalimat bapak kepada kami, aku dan kakak ku. baiklah.. kini, hidupku tergantung pada pilihanku.
Tapi, aku sadar apa yang bapakku katakan bukan bermaksud melepas kami begitu saja, tapi bermaksud menggendongkan sebuah tanggung jawab dan kepercayaan besar pada punggung kami.
aku paham, dan aku mengerti.
Aku sudah besar..
Maka, aku berhak memilih.
Begitulah katanya.. Tapi, tak semudah kenyataannya.
Kini, aku memilih ingin menjadi investasi akhirat yang mengungtungkan untuk ibu dan bapakku, mereka memang tidak melarang, tapi terkesan tak mendukung maksudku.
ini tentang jilbabku, dan kerudung yang menjulur panjang di kepalaku.
ibu ku tidak melarangnya, ayahku tak menyuruhku mengubahnya. Tapi, mereka berkata bahwa aku tidak terlihat seperti wanita kebanyakan, jilbabku terlalu berat untuk dipertanggung jawabkan.
"kerudungmu terlalu panjang, tidak seperti wanita normal lainnya", kata ibu ku pada suatu pagi saat ku bersiap berangkat kerja. "bisa kau berkerudung biasa saja?". aku hanya diam tak mampu menimpalinya.
Ibu.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan adalah untukmu. aku ingin menjadi shalihah dan turuti syari'at-Nya untuk kebahagiaan akhiratmu.
"sepertinya dia telah masuk salah satu organisasi", bisik bapak pada ibu disuatu malam saat aku baru saja selesai berwudhu sebelum tidur, karena menurutnya berwudhu sebelum tidur itu tidak wajar.
Bapak.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan semata hanya untuk Tuhanku, bukan atas perintah manusia biasa sepertiku atau organisasi dan apapun itu yang kau maksud untuk menilaiku. Aku berwudhu karena ikuti sunnah nabi ku. Andai kau tahu dan tak menilai semua manusia harus berlaku sama.
Ini pilihanku, menjadi baik untuk kalian, menjadi positif di pandang orang, dan di nilai baik di mata Tuhan.
kalian berucap bahwa aku sudah besar, aku berhak memilih asal tak bertentangan dengan norma, tapi..
mengapa saat aku sudah memilih kalian tak mendukungnya?
kenapa saat aku sudah menetapkan hati tak kalian mengerti?
apakah aku melanggar norma?
apakah aku terlihat tak seperti orang lainnya?
apakah aku tampak asing untuk kalian yang ku cinta?
Apapun itu jawaban kalian untukku, bagaimanapun penilaian kalian terhadapku, aku tetap anakmu. ini pilihanku. walau orang bilang pakaian yang ku kenakan hanya pantas dikenakan oleh para santri, atau hanya dikenakan seorang anak ustad yang ilmunya tinggi, tapi.. untukku itu tidak berarti, karena Jilbab Syar'i untuk mereka yang mengerti bahwa perintah Allah untuk ditaati. Dan.. ini perjuanganku untuk menjadi investasi yang menguntungkan untuk ibu dan bapak diakhirat nanti.
Kini aku kebingungan dan ketakutan melihat tatapan-tatapan orang yang penuh kecurigaan, mungkin inilah yang disebut ujian.
Maka, Ibu.. Bapak.. kalian yang paling mengenalku. Andai kalian tahu.. aku butuh dukungan kalian, agar aku tak merasa sendirian menghadapi banyak tatapan.
created by: @ninitatabon
Subscribe to:
Posts (Atom)