Menuju kepala dua. Alahamdulillah masih diberi kesempatan hidup hingga detik ini.
Sekarang, aku bukan lagi seorang anak yang menjalani hidup dengan terus diatur oleh orang tua. Di peralihan masa dari remaja menuju dewasa ini aku dituntut untuk memilih jalan hidupku sendiri namun tidak lepas dari pengawasan orang tua. "Kalian sudah besar, bapak tidak ingin banyak mengatur lagi", begitu kalimat bapak kepada kami, aku dan kakak ku. baiklah.. kini, hidupku tergantung pada pilihanku.
Tapi, aku sadar apa yang bapakku katakan bukan bermaksud melepas kami begitu saja, tapi bermaksud menggendongkan sebuah tanggung jawab dan kepercayaan besar pada punggung kami.
aku paham, dan aku mengerti.
Aku sudah besar..
Maka, aku berhak memilih.
Begitulah katanya.. Tapi, tak semudah kenyataannya.
Kini, aku memilih ingin menjadi investasi akhirat yang mengungtungkan untuk ibu dan bapakku, mereka memang tidak melarang, tapi terkesan tak mendukung maksudku.
ini tentang jilbabku, dan kerudung yang menjulur panjang di kepalaku.
ibu ku tidak melarangnya, ayahku tak menyuruhku mengubahnya. Tapi, mereka berkata bahwa aku tidak terlihat seperti wanita kebanyakan, jilbabku terlalu berat untuk dipertanggung jawabkan.
"kerudungmu terlalu panjang, tidak seperti wanita normal lainnya", kata ibu ku pada suatu pagi saat ku bersiap berangkat kerja. "bisa kau berkerudung biasa saja?". aku hanya diam tak mampu menimpalinya.
Ibu.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan adalah untukmu. aku ingin menjadi shalihah dan turuti syari'at-Nya untuk kebahagiaan akhiratmu.
"sepertinya dia telah masuk salah satu organisasi", bisik bapak pada ibu disuatu malam saat aku baru saja selesai berwudhu sebelum tidur, karena menurutnya berwudhu sebelum tidur itu tidak wajar.
Bapak.. andai kau tahu. bahwa apa yang aku lakukan semata hanya untuk Tuhanku, bukan atas perintah manusia biasa sepertiku atau organisasi dan apapun itu yang kau maksud untuk menilaiku. Aku berwudhu karena ikuti sunnah nabi ku. Andai kau tahu dan tak menilai semua manusia harus berlaku sama.
Ini pilihanku, menjadi baik untuk kalian, menjadi positif di pandang orang, dan di nilai baik di mata Tuhan.
kalian berucap bahwa aku sudah besar, aku berhak memilih asal tak bertentangan dengan norma, tapi..
mengapa saat aku sudah memilih kalian tak mendukungnya?
kenapa saat aku sudah menetapkan hati tak kalian mengerti?
apakah aku melanggar norma?
apakah aku terlihat tak seperti orang lainnya?
apakah aku tampak asing untuk kalian yang ku cinta?
Apapun itu jawaban kalian untukku, bagaimanapun penilaian kalian terhadapku, aku tetap anakmu. ini pilihanku. walau orang bilang pakaian yang ku kenakan hanya pantas dikenakan oleh para santri, atau hanya dikenakan seorang anak ustad yang ilmunya tinggi, tapi.. untukku itu tidak berarti, karena Jilbab Syar'i untuk mereka yang mengerti bahwa perintah Allah untuk ditaati. Dan.. ini perjuanganku untuk menjadi investasi yang menguntungkan untuk ibu dan bapak diakhirat nanti.
Kini aku kebingungan dan ketakutan melihat tatapan-tatapan orang yang penuh kecurigaan, mungkin inilah yang disebut ujian.
Maka, Ibu.. Bapak.. kalian yang paling mengenalku. Andai kalian tahu.. aku butuh dukungan kalian, agar aku tak merasa sendirian menghadapi banyak tatapan.
created by: @ninitatabon
No comments:
Post a Comment