Thursday, 1 January 2015

Rindu Bisa Apa?

Kalian tahu apa yang paling jauh jaraknya dengan kita saat ini? Adalah masalalu yang dengan kendaraan tercepat macam apapun tidak akan pernah bisa membawa kita untuk pergi kesana dan mengulangnya kembali. Dari judulnya saja saya yakin kalian sudah bisa mengira saya akan membahas tentang apa.

Saya adalah satu diantara sekian (mungkin banyak) orang yang benci pada apapun yang terjadi karena adanya waktu, benci yang mungkin sebagian orang rasakan namun lebih memilih acuh, karena tahu bahwa bagaimanapun waktu tak bisa mengembalikan masalalu, saya tahu, tanpa waktu saya tidak akan pernah ada, tanpa waktu dunia tidak begitu saja tercipta, karena Allah membutuhkan enam massa saat menciptakannya (Q.S Al-A'raf : 54), namun kini karena waktu, saya menjadi benci pada suara detik jam yang menempel didinding rumah, pada lembar demi lembar kertas kalender yang harus dirobek setiap harinya, bahkan terkadang saya benci pada hari libur disetiap hari minggu tiba, dan saya benci angka 1 pada setiap awal bulan yang terasa begitu cepat datang, kalian tahu kenapa saya benci semua itu? karena dari hal itu saya menyadari bahwa hidup semakin berlalu.

Tapi, saya harus tahu diri dan berterimakasih pada waktu karena darinya saya pernah menulis banyak cerita, tentang bahagia dan kecewa, tentang berharap dan patah hati, tentang tawa terbahak dan derai air mata, tentang saya bersama kalian. Di dunia ini ada yang bisa dan tidak bisa untuk diulang, menurut kalian cerita tentang kita ada dibagian mana...? Tapi, tidak usah dipikirkan jawabannya, karena dari waktu jugalah saya tahu bahwa banyak yang lebih penting untuk kalian pikirkan, seperti tentang tugas kuliah yang seabreg, tentang kegiatan yang harus kalian panitiai, tentang acara-acara yang harus kalian hadiri, tentang pekerjaan yang sudah menjadi kewajiban, tentang hari yang tak ada jeda untuk berleha, jadi.. biarkan saya yang tidak sedang berurusan dengan semua hal itu yang menjawabnya.

Sesungguhnya waktu tidak pernah salah, dan saya tidak cukup berani untuk menyalahkan hal yang memang sudah menjadi ketetapan-Nya, tapi setiap perasaan yang manusia miliki adalah hak asasi, bukan? begitupun dengan rasa benci. Saya bersyukur pada ketetapan Allah yang pasti dan selalu indah, karena waktu jua lah yang membuat orang-orang sekeliling saya bahagia, membuat kalian bahagia, namun tahukah, kawan? saya benci pada waktu karena dia membuat saya perlahan lupa bagaimana caranya bermain UNO, perlahan lupa pada rasa nasi orang-aring di kantin sekolah, perlahan lupa rasanya bermain genangan air dilapangan basket setelah hujan reda, perlahan lupa pada lelahnya kegiatan ekstrakulikuler sepulang sekolah, perlahan lupa pada kesalnya bersepeda dengan kaki yang belum mampu mencapai tanah, dan perlahan lupa pada pasrahnya diri ketika mamah mendandani saya saat ingin berangkat sekolah dengan bedak yang asal menempel di wajah saat saya masih berseragam putih merah, semua yang perlahan mulai lupa untuk saya ingat membuat saya kesal karena selalu menyadarkan saya bahwa waktu telah membuat semua berubah, dan semua tentang kalian hanya bisa dikenang tanpa bisa diulang.


Tapi saya memang tidak boleh membenci waktu karena waktulah yang melahirkan rindu, dan saat ini rindu adalah alasan saya mencoba untuk sedikit menulis tentang kita, namun jika semua memang sudah hambar rasanya, maka rindu bisa apa?




Haurgeulis, 1 Januari 2015.

Nita. *gambar kepala kodok*

No comments: