Monday, 20 April 2015

Tahu Diri

Siapa tak ingin miliki hidup yang bermanfaat bagi sesama?
menjadi alasan dari setiap kebaikan yang seseorang lakukan,
menjadi penyemangat perubahan seseorang dari tidak mengerti menjadi amat memahami,
menjadi bagian dari rencana dan cita-cita hidup yang seseorang susun,
menjadi tujuan dari perjalanan yang seseorang lewati,
menjadi hadiah dari sebuah usaha yang seseorang perjuangkan.
Siapa tak ingin? Aku? tak usah kau tanya.

Bak putri-putri negeri dongeng, aku ingin miliki kisah hidup yang happy ending,
Serupa tokoh dalam kisah roman, aku ingin bahagia diujung cerita,
Selayak pemeran drama, aku ingin hadirku indah dalam sebuah kisah,
Iya, itu mimpiku, seperti impian wanita pada umumnya.
Namun aku harus tahu diri, sudahkah aku seanggun putri?
mampukah ku kubuat ceritaku semanis roman?
Pantaskah aku melakoni hidup seindah drama?
Memangnya aku siapa?

Sebelum hanyut dalam khayal, harusnya aku menyadari sejauh mana usaha yang mampu kulakukan,
Sebelum larut dalam mimpi, harusnya aku menyadari sepantas apa aku mengharapkan,
Sebelum jauh dalam angan, harusnya aku menyadari semampu apa aku menerima kenyataan..

Harusnya..

Didunia ini banyak sekali hal yang walau hanya ada dalam mimpi, harusnya kita tahu diri untuk tidak memimpikannya. Seperti tentang harap yang ku susun, tentang mimpi yang bangun, tentang angan yang ku simpan, tentang kau yang kutunggu, tentang kita yang kuharap tidak hanya menjadi harap saja, harusnya aku tahu diri untuk tidak terlalu cepat meyakini bahwa semua akan benar-benar menjadi nyata, karena siapalah aku ini? Bukan seorang anak raja, bukan wanita berparas jelita, bukan manusia berlimpah harta, Lalu, berharap diperjuangkan kebahagiaannya, berharap miliki kisah yang indah, berharap dianggap berharga dan dinanti hadirnya? Ah.. mimpi saja.

Tahu diri..

Dua kata yang kini menggantung disudut pikir, menjejal sesak dalam relung, menggoyah hati tak berarah, meruntuh harap berserakan.

Saat sudah tak mampu melangkah, bukankah lebih baik berhenti?
Saat sudah tak mampu berjuang, bukankah lebih baik menyerah?
Saat sudah tak mampu beri arti, bukankah lebih baik tahu diri?

Jika cerita ini tentang siapa paling salah dari siapa, maka biar aku yang menyerahkan jiwa,
sebab aku yang mengizinkanmu untuk singgah, sebab aku yang sibuk dengan pikiranku sendiri, sebab aku yang terlalu banyak menuntut tanpa memahami, sebab aku yang rela untuk jatuh berkali-kali.
Setelah sejauh ini, kini aku menyadari bahwa hanya yang jelita yang akan bersanding dengan yang rupawan, bahwa hanya yang cantik hatinya yang akan bersanding dengan yang tampan jiwanya,
bahwa hanya yang mampu memahami yang pantas dinanti. Bukan aku yang berharap miliki guna bagi sesama padahal belum mampu miliki guna walau untuk diri sendiri saja.

Jika dalam menantimu saja aku mudah menyerah, bagaimana bisa aku memberi hidupmu banyak warna? Karena ku tahu diri bahwa aku bukan siapa-siapa, maka kini aku menyerah demi hati yang harus bebas sebebasnya.

created by: @ninitatabon

No comments: