Selamat malam, Juli.
Mengapa kau murung tertutup mendung?
Sedang harusnya malam ini serupa malam seribu bulan. Kau semestinya indah tak terperikan.
Selamat malam, Juli.
Malam ini aku susah terpejam, entah sebab buku yang kubaca menarik untuk terus ku jelajah,
Atau karena ada harap yang pelan-pelan sekali menuju patah.
Selamat malam, Juli.
Malam ini kau begitu dingin,
Entah sebab memang mendung diluar sana,
Atau karena tak ada juga notifikasi favorit pada ponsel yang berulang-ulang kubuka.
Selamat malam, Juli.
Sejak 9 minggu lalu, aku mengancam diri agar tak berharap kecuali pada Yang Satu,
Sejak ada yang datang tiba-tiba di malam itu, aku galak menyuarakan hatiku untuk tidak jatuh.
Sayang, Juli.. aku, kau tahu, mudah meluluh.
Kini, Juli..
Setelah merapal segala tanya, nampaknya Tuhan mulai menjawab.
Tentang kita, Ia jawab sudah.
Kini, pantaskah tentangnya kusebut layu, sedang Ianya belum sempurna berkembang?
Juli.. Aku, patah..
Haurgeulis. Malam 27 Ramadhan 1437 H.
-Nita Bonita Rahman-
No comments:
Post a Comment