Juli 2015 lalu, saya pernah memposting tulisan serupa
dengan yang akan saya posting kali ini, bisa dibaca di: http://coretansinita.blogspot.co.id/2015/07/jangan-pilih-aku-jadi-istrimu-jika.html ,
tapi kali ini yang akan saya post lebih rinci. Masih tentang suara
perempuan yang butuh didengar. Selamat diresapi.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan
kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara
dengkurmu, melihatmu begitu pulas, wajah laki-laki lain yang terlihat begitu
sempurna pun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja
seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya
untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama
sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal
dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi
baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita.
Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku,
padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa
diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah
tidak ada kecocokan kamu memutuskan menyatakan cerai padaku. Kamu tahu betul,
kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen
bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan
dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih
bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian
bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang
seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan
aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku. Anak dan rumah bukan hanya
kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping
hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di
rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih
sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada
meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan
hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku. Harta
tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita
tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku
ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski
aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang
sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah
menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu
kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan
mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu
kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi
punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika
teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu
masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu,
kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku
mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu. Kamu harus tahu perut buncitmu tak
sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku bangga bukan
justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu
masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan
melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah. Kamu harus tahu akupun masih
ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau
creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku
terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah
tangga. Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi
kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan
kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada
orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan
kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak
ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak
ingin kusesali hanya karena terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih
berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan
genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan
hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu
berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama
memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu
hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu
perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada
perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku
pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak
akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu
berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan
menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi
imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa
menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah
cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang
kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku
mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang
dan membawaku ke istana. Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna
tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang
mudah terpesona.
Jangan
pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja
alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.
Saya pikir yang tertulis diatas penting
untuk di pahami, karena komitmen akan rapuh jika hanya beralaskan siapa yang
harus lebih untung dari siapa, harusnya bisa lebih dimengerti bahwa komitmen
adalah janji untuk saling melengkapi hingga lupa jika ada kekurangan pada
masing-masing diri.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment