Sungguh jalannya waktu tidak ada yang tahu, Ah.. rasanya kalimat ini amat sering saya tulis, jika kalian tidak percaya coba saja telusuri postingan-postingan saya, nyatanya saya memang selalu takjub dengan apa-apa yang dibawa oleh waktu, ke 12 undangan yang saya terima berasal dari teman jaman SD hingga berasal dari teman yang baru kenal beberapa bulan lalu. Saya turut bahagia, pun tidak menyangka, sebab ada beberapa diantaranya yang terlalu mengejutkan kabarnya, seperti tentang si A yang sudah lama tidak saya dengar kabarnya, kemudian tetiba mengetuk pintu rumah saya mengantarkan undangan pernikahannya, juga tentang si B yang saya tahu tidak pernah dekat dengan lawan jenis dan amat mejaga kesucian cintanya, tetiba tersebar kabar pernikahannya di sosial media, pun soal si C yang menikah dengan si D yang saya dan teman-teman lainnya tahu bahwa sejak kami masih berada di masa putih abu-abu dulu mereka tidak saling kenal, amat jauh, bahkan diluar prediksi kami, tidak terbayang sama sekali, entah bagaimana alurnya, mereka mengabarkan hari bahagianya.
Saya selalu kagum dengan segala rencana Allah yang dibawa oleh waktu, apapun itu, soal suka atau duka, kecewa atau bahagia, lara atau tawa, saya selalu senang memperhatikannya. Dan kini, perihal September, setelah banyak undangan saya terima dan hadiri, banyak berpose anggun bersama sepasang pengantin dipelaminan, menebar banyak ucap selamat berbahagia, dan saling bertukar doa tentang siapa yang akan lebih dulu menyusul dari siapa, kini.. September mau tidak mau harus saya akhiri dengan kabar duka yang datang dari teman jaman SMK, yang kami semua tahu, dia memang baik-baik saja, tengah bekerja dan merantau dikota seperti teman lainnya, hanya bertukar sapa dan canda melalui sosial media, namun sepekan lalu dia dikabarkan koma karena kecelakaan yang dialaminya, dan hari ini tepat di hari terakhir September, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Lagi-lagi, saya selalu takjub dengan apa-apa yang dibawa oleh waktu, setelah 29 hari kemarin saya lalui dengan bahagia sebab menerima kabar perayaan cinta dari teman-teman lama, ternyata bulan ini mau tidak mau harus saya tutup dengan duka. Sungguh soal takdir, siapa yang tahu?
Bahagia dan berduka sungguh kontras adanya, dan benar kiranya bahwa bahagia dan sedih jaraknya hanya setipis benang saja. Seperti yang sudah saya tulis diawal, kita bisa merencanakan apapun sebebas yang kita mau, namun ada yang harus kita sadari, siapalah sesungguhnya diri ini? hanya wayang di bumi-Nya, harus patuh pada apapun yang diingin-Nya, bisa jadi saat kita bahagia, disaat yang sama, dibumi bagian lain ada yang sedang dibuat terluka oleh-Nya, pun sebaliknya.
Dan kemudian, kini saya penasaran, undangan apa yang akan saya sebarkan lebih dulu kepada kalian, tentang perayaan cinta yang membahagiakan, atau tentang kabar duka yang menyakitkan? tentang saya yang akan segera menjalani hidup baru, atau berhenti menjalani hidup? Wallahualam bishowab.
Apapun itu, terimakasih Allah untuk September-Mu.
Photo: Doc. Pribadi
Haurgeulis, di penghujung September.
Nita Bonita Rahman
No comments:
Post a Comment