"Cinta adalah pilihan antara pergi atau ditinggal pergi", ku kenang baik-baik kalimat dari sebuah novel karya Dee yang baru saja selesai kubaca ini. ponsel ku berdering tanda pesan masuk, "Aku ngga rela kalau lensa kacamatamu harus bertambah tebal hingga menutupi mata indahmu", dari Mas Yovi. calon suamiku. aku memahami maksud pesannya, dia memang selalu begitu, entah punya ilmu apa hingga dia selalu tau apa yang sedang kulakukan. memperhatikanku diam-diam. selalu manis untukku. ini bukan pertama kalinya, dia sering memberiku kejutan tak terduga yang selalu berkaitan dengan apa yang sedang kuinginkan. Mas Yovi si cenayang hati yang mebuatku jatuh hati. ku balas pesannya "iya, ini udah selesai, ngga lagi-lagi deh baca buku sampe malem pak boss", ku taruh emotic smile diakhir pesan.
Ponsel ku berbunyi tanda pesan masuk lagi, namun bukan balasan dari mas Yovi. "Gimana? seru kan novelnya?", dari Tito, seorang laki-laki yang akhir-akhir ini dekat denganku, yang berhasil membuatku merasa menjadi wanita paling bodoh sedunia karena tak bisa juga menegaskan hati. "iya, seru. thanks yah udah recomend novel ini", balasku cepat."iya, sama-sama. novel emang lebih seru juga dibaca malam-malam gini Ta". begitulah.. Tito adalah seorang manusia yang bisa dibilang duplikatku dalam bentuk laki-laki, kita sangat memilki kecocokan dalam sifat dan watak, kami selalu nyambung dalam urusan apapun, selera kami berdua sama, dan tak bisa kupungkiri bahwa kamipun miliki rasa yang sama, namun dia tau bahwa aku sudah dijodohkan dengan seseorang yang lebih dulu ku kenal dibanding Tito, kerabat dekat ibu, teman kecilku, yang sudah kuanggap pelindung untukku, yang menerima kekuranganku, yang selalu membuatku merasa sempurna, yang mampu membimbingku, dia si cenayang hatiku, mas Yovi.
Yang aku tahu cinta selalu cuma satu, jika lebih dari itu hanya semu. palsu saja, hanya kesenangan biasa. mas Yovi selalu bisa mengerem kebodohanku, menenangkan hati ketika aku merasa kebingungan, dewasa. Tito, dia mebuat duniaku terasa berwarna, karena kesamaan yang kami punya membawa kita pada hal-hal yang gila sebagaimana adanya kita. bersama mas Yovi aku merasa dilindungi, bersama Tito aku merasa segala hayalku selalu bisa berwujud nyata. itulah mengapa aku tak bisa juga memilih, padahal aku sudah akan diperistri.
hingga akhirnya tiba pada satu moment dimana aku harus menegaskan hati, memutuskan sebuah pilihan, mendefinisi sebuah kesetiaan.
"Jadi gimana Ta?", Tito menatapku yang sedari tadi diam, padahal sebelumnya aku lah yang mengajaknya kemari, kubilang akan memutuskan pilihanku.
aku tidak menyangka akan sesulit ini mengatakannya. "kamu udah kasih banyak warna buatku", jawabku.
dia tersenyum, manis sekali. "Tapi aku bukan orang yang bisa nyatuin banyak warna". Tito menghapus senyumnya seketika seakan memahami maksud ucapanku. "Aku ngga bisa". kataku sambil menunduk, tak mampu kutatap mata indah penuh mimpi itu. "Aku paham", katanya beberpa saat kami ada dalam hening paling memuakan, kemudian nafasnya menghela panjang seakan mendapat kelegaan. "Terimakasih sudah menjadi partner kebodohanku Ta", ucap Tito dengan tersenyum kepadaku, "Kita emang terlalu mirip, terlalu sama, monoton, aku ngga akan bisa jadi rem buat kamu, saat kamu lari aku akan lari bersamamu, saat kamu kelelahan maka aku juga akan sama kelelahannya denganmu, karena kita terus lakukan hal yang sama. dia memang lebih kamu butuh, karena dia selalu punya cara bikin kamu balik lagi kedunia nyata saat kamu kecapean didunia mimpi kita. selamanya Gita Aulia Putri adalah mimpi paling indah dihidupku. tapi, mimpi yang selamanya cuma jadi mimpi". Tito memecah keheningan dengan kalimat-kalimatnya yang membuat pipiku basah seketika. Sepedih ini kah rasanya memutuskan untuk setia?
Kantin kampus tidak pernah terasa sesepi ini sebelumnya, bukan karena tak ada pengunjung, tapi karena seakan-akan kalimat dan langkah terakhir Tito didekatku mengheningkan segala hingar bingar disekitarku. Tak apa, karena cinta selalu hanya satu, dan memang harus memilih. benar adanya bahwa cinta adalah pilihan antara pergi atau ditinggal pergi.
"Seberapapun sempurnanya kamu, aku tidak ingin berpaling dari hati yang menyempurnakanku, hati yang mampu melindungiku didunia nyata, bukan larut dalam alam hayal saja", aku menatap punggung Tito yang kini mulai jauh. "Semoga ada hal manis setelah ini sebagai balasan atas kesetiaanku".
created by: @ninitatabon
Di ikutkan dalam #FF2in1 nulisbuku.com
tema; Fatin - Aku memilih setia
No comments:
Post a Comment