Sering kali banyak hal yang kadang kita lihat, tapi orang lain tidak lihat, begitupun sebaliknya. Seperti halnya persepsi, orang lain kadang tidak mengerti apa yang kita pahami..
Seperti tentang rindu.. Entah sudah sebanyak apa aku menerjemahkannya kedalam banyak kalimat, dari yang berbentuk pernyataan hingga tanya yang tak terjawab. Setiap orang punya kenangan, entah yang terlahir dari hujan yang meninggalkan genangan, atau dari malam yang hanya berisi keheningan. Setiap kita punya cerita tentang rindu yang kita rasa..
Menurutku tidak semua rindu harus diobati dengan bertemu, karena bukannya dia akan sembuh justru akan melahirkan rindu yang baru, kecuali memang pertemuan itu bukan pertemuan semu, bukan pertemuan yang hanya mampu melihatnya dari jauh, namun pertemuan yang tidak akan dipisahkan sedetikpun oleh waktu, yang Allah pun Ridho pada setiap detik yang bergulir kala itu.
Sejujurnya aku bukan orang yang suka hidup dalam kenangan, untuk apa merisaukan hal yang sudah terlewatkan, bukankah lebih baik terus memperbaiki diri untuk masa depan?
Aku bukan orang yang rela terus disakiti oleh hal yang aku buat sendiri, tidak sama sekali. siapa yang sudi terus diikuti oleh hal yang seharusnya sudah lama dibiarkan pergi?
Namun aku selalu lemah melawan rindu.. seperti saat itu.. momen yang hanya berjalan beberapa detik saja seingatku namun mampu membuat semua tentang masalalu yang telah kaku dihidupku perlahan luluh, tentang sepasang mata yang setelah 3 tahun tak lagi pernah lagi kulihat kembali menatapku, melelehkan yang telah membeku dihatiku.
Sepasang mata itu..
Dulu.. aku selalu suka memandanginya diam-diam dari sudut yang tidak dia tahu, menatapnya malu-malu, bergelut dengan angkuhku, sepasang mata itu pernah bersenandung dihatiku, dulu.. saat semua tentang kita masih terasa merdu.
Sepasang mata itu..
Aku tidak asing dengannya, bahkan pernah ku lelehkan butiran bening didalamnya, simbol kuatnya sang raga, aku pernah membuat keduanya tak berdaya, habis sudah kuobrak-abrik kekuatannya, aku mampu melumpuhkannya, dulu.. saat semua tentang kita masih punya makna.
Sepasang mata itu..
Aku pernah berlama-lama menatapnya, memasuki relung terdalam hatinya melalui celah yang terpantul dari sorotnya, pandangnya pernah mengatakan bahwa aku serupa bintang dihidupnya, senyumku serupa obat untuk sakitnya, dan disampingku serupa menatap dunianya.
Sepasang mata itu..
Dua bola mata yang pernah berbicara bahwa mereka adalah miliku seutuhnya, kuat dan lemahnya, lebih dan kurangnya, baik dan buruknya, semua tentang apapun yang dilihatnya selalu ada aku yang membingkai setiap indah yang dipandangnya, dulu.. saat semua tentang kita masih kita anggap benar adanya.
Kini.. setelah 3 tahun lamanya tatap itu tak lagi ku jumpai, dan sudah ku asingkan disudut hati, tatap itu hadir lagi, ditengah hujan deras, saat pandangan tak lagi awas, aku melihatnya, aku menatapnya, walau hanya beberapa detik saja karena aku tak mampu memandanginya lama-lama, karena pandang ini sudah seharusnya dijaga, aku kembali melihatnya, merasakan sorot hawatirnya, menangkap tatapan cemasnya.
Sorot itu, tatapan itu, melelehkan yang membeku, melemahkan yang sudah kaku, mengingatkanku pada yang sudah berlalu, menghangatkan dinginnya rindu, memporak porandakan pertahananku, menyesakan penantianku.
Mata itu, matamu..
Sorot yang orang lain sebut lemah,
namun bagiku tersimpan ketenangan didalamnya.
Tatap yang mereka bilang tak berarti,
namun pernah diam-diam ku curi.
Those eyes are yours, biy..
created by: @ninitatabon
No comments:
Post a Comment