Thursday, 27 November 2014

Tentang Yang Tak Juga Sembuh

Aku masih tidak baik-baik saja, sejak kamu pergi hari itu, sejak aku tahu kamu tak lagi disisiku. Hingga hari ini, luka itu masih terlihat jelas membekas, tak lagi sakit memang, tapi mengganggu rasaku, apa kamu peduli itu?

Aku tersenyum kecut mengingatmu, mengingat kebodohanku, menyusuri kenangan yang berdebu, menyentuh lagi jejak-jejak penghianatanmu. Aku tersenyum bodoh didepan cermin masa lalu yang didalamnya terpantul jelas bayangan ketika kamu membodoh-bodohiku.

Aku terpejam, ada bisik halus menyentuh relung terdalam, "Maaf".. bisikmu lirih sekali, hingga sendunya menyentuh kedasar hati. Dasar wanita! mengusahakan pengabaian sekeras apapun tetap saja luluh. padahal, aku masih mengingatnya, jelas! ketika kamu minta aku menunggumu, dengan nada lirih yang sama, "Tunggu aku.. aku mohon..", lirih itu merobek perasaanku, ditambah dengan semakin eratnya jemari itu menggenggam tanganmu, jemari lentik dia yang bersanding di sisimu.

Gila! siapa yanga tidak waras sebenarnya? aku yang mudah luluh ini, atau kamu yang tega mempermainkan perasaan ini? Kamu pikir aku ini apa harus menunggumu yang masih digenggam erat oleh sebuah hati. Aku tidak semurahan itu, bung!

***

"Akan ku obati setiap sakit yang telah ku buat, akan ku tebus setiap air mata yang telah kau keluarkan, akan ku hapus semua kenangan buruk yang pernah ku tulis, aku kembali tanpa kaki, tanpa apapun yang mampu membuatku pergi, karena aku kembali tanpa berniat kemanapun lagi, aku akan menetap disatu tempat, dihidupmu, dalam masa depanmu",

Bergetar keteguhanku, meluruh setiap pertahananku, melemah semua kuatku, melonggar kepalan tanganku yang sungguh siap menyerangmu, aku tersedu, kamu menikamku, kaku. Aku luluh, tersedu. Menunggu.

***

Tertunduk, enggan rasanya menatap layar 14 inch didepanku, namun rasa penasaran itu menjalar menggebu. Ku buka lagi kenangan itu, tentang ke-entahan itu. Rasanya masih tetap sama, masih menyakitkan, trauma.. aku yakin begitu, karena disetiap moment yang ku ingat, setiap kata yang tersirat, aku menggigil kedinginan, keringat mengucur tak diminta, desiran itu masih sama rasa sakitnya seperti awal aku memahaminya, maka aku sadar bahwa sakitnya mengenang tentangmu dan kebodohanku tak juga sembuh, hingga hari ini setiap aku mengenang lukaku. Jadi, baikkah jika aku terus menantimu?

No comments: