Wednesday, 16 November 2016

Jika Aku adalah Cerminmu

Banyak orang kata, aku adalah cermin dari siapa yang selama ini kusebut "kamu", meski Tuhan belum juga memberi kita temu, namun katanya, bagaimana sosok kamu, adalah persis seperti yang selama ini ada padaku.

Dan sejak tahu hal itu, aku dirundung cemas, khawatir bila ternyata kamu justru enggan ditakdirkan memiliki cermin serupaku, karena bagaimanalah mungkin kamu berkenan disamakan sepertiku yang bahkan hanya dalam sepekan saja bisa banyak orang yang kumintai maafnya tersebab segala sifatku yang begitu berantakan telah mengganggu kenyamanannya.

Siapa pula yang sudi bercermin pada aku yang amat pelupa, begitu teledor, cenderung sembrono, mudah panik, dan sangat menyebalkan ini? Tapi bodohnya, aku berharap kamu adalah siapa yang selalu senang hati memaklumi.

Huh, Mimpi!

Harusnya aku mengerti, bahwa jika aku terus meminta untuk dimaklumi, selamanya aku akan menjadi manusia paling tidak tahu diri.

Harusnya aku tidak lupa, bahwa guna cermin adalah untuk melihat kekurangan  yang luput dari pandangan kita, bukan justru memaksa orang lain menerima ketidaknyamanan yang mengganggu pandangan mereka.

Maka perlahan aku mulai sadar, jika memang aku adalah cerminmu, bukan berarti kita adalah dua orang yang susah dibedakan sifat atau parasnya, lebih dari itu, justru aku mencoba menanggapinya dengan hal yang berbeda. Jika aku memang cerminmu, setiap kamu melihatku, harusnya aku membuatmu ingin merapihkan apa yang kamu lihat dihadapanmu, merapihkan yang berantakan dipandanganmu, merapihkanku.

Jadi, jika memang aku adalah cerminmu, sudikah kamu merapihkan yang terlihat berantakan pada aku?

- Nita Bonita Rahman -

No comments: