Untukmu yang menyukai kerapihan, sudikah kau mendampingiku yang berantakan?
Sebait puisi yang diam-diam kutulis hampir lima tahun lalu saat ada seorang pemuda hendak meminangku menjadi pendamping hidupnya
Kini pemuda itu barangkali telah mafhum, bahwa puisiku bukan lagi kata-kata,mereka berubah bentuk menjadi isi lemari yang tidak bersusun rapih,lantai rumah yang jarang dipel,atau baju kerja yang sering lupa diambil dari laundry.
Kadang terbayang ingin membelah tengkorak kepalanya, mencari jawaban dari dalam otaknya,kenapa masih sudi memeluk saat aku marah,padahal aku yang salah?
Lain waktu terbesit ingin membedah dadanya, mencari jawaban dari dalam hatinya,kenapa begitu luas sabarnya untuk pikirku yang sering sempit.
Terimakasih telah sudi menerima kacauku dengan tenangmu.
No comments:
Post a Comment