Sunday, 19 January 2014

Secangkir Teh Manis Hangat

Hujan diluar belum juga reda. aku melipat tangan memeluk diriku sendiri, mencari kehangatan. menggosok pelan telapak tangan kiri pada lengan kanan, dan telapak tangan kanan mencoba menghangatkan lengan kiri. Dingin. Hujan selalu punya cerita.

" Hujan mampu meresonansikan kenangan masa lalu "

Hujan amat akrab dengan rindu.
Rindu adalah hal paling sakral dalam urusan perasaan.
Rindu tidak pernah mengenal waktu.
Rindu selalu datang dari arah manapun dia mau.

Hujan ini, dan secangkir teh manis hangat yang ada pada genggaman tanganku membawaku pergi jauh pada masa sebelum hari ini. Benar adanya bahwa rindu bisa datang dari arah manapun dia mau, bahkan hanya dari secangkir teh manis hangat yang masih menguap wangi khasnya. sederhana namun mengena.

Meresonansi masa lalu..

Hujan dan wangi teh ini membawaku pada ingatan bagaimana dulu secangkir teh manis hangat menemaniku melewati hujan, bersama dengan kalimat "Di minum dulu, untuk menghangatkan badanmu" dari seseorang yang membawakannya dengan mimik hawatir yang tak bisa dia tutupi. Secangkir teh manis hangat yang ku rindu.

dulu..

Tapi, tanpa hari kemarin aku tidak akan ada pada hari ini. yang sudah berlalu tak bisa lagi kembali. Klise sekali. Sudah hafal. Waktu tidak bisa diputar, waktu tidak bisa mundur. Sangat hafal. Tapi, sadarkah? bahwa masa kini dan masa lalu hanya berjarak rindu. Dengan rindu kita bisa kembali ke masa lalu walau hanya dalam alam semu.


Hujan, dan teh manis hangat ini cukup mendeskripsikan tentang rindu.


created by: @ninitatabon


No comments: