Tuesday, 11 February 2014

Tentang Sebuah Perjuangan ( bagian 3 )

Baru sempet melanjutkan, baru sempet ngepost lagi ^^

   Sebelumnya saya sudah menceritakan awal perjuangan dan ayat-ayat yang membuat saya memutuskan untuk melakukan perjuangan ini, kali ini saya lanjut bahas soal gimana perasaan saya saat pertama kali memperlebar jilbab dan efek yang dibawanya.

   Seperti yang sudah saya ceritakan, ini tidak mudah, dan semuanya bertahap. Disini klimaksnya, ketika banyak yang meremehkan, dan bahkan ketika diri saya sendiri meragukan. siapa tidak ragu menjadi seseorang yang baru? menjadi yang bukan saya? ini amat tidak mudah, dengan kepribadian saya yang bukan seorang pendiam karena umumnya wanita-wanita berjilbab syar'i biasanya anggun dan pendiam, saya yang tidak miliki background dan ilmu keislaman yang mendalam, bukan anak seorang ustad, bukan lulusan pesantren, itu semua membuat saya ragu untuk memulai "berhijrah" dari celana jeans menuju rok, dari baju lengan panjang biasa menuju gamis, dari kerudung standard biasa menuju kerudung yang lebar panjang, dan dari keluar rumah dengan hanya bermodal sandal menuju kaki yang harus tertutup kaos kaki.
Galau, bingung, ragu, semua menjadi satu. bisakah? dengan hanya bermodal ayat-ayat Allah dan keinginan saja, bisakah?

   Saya terus meyakinkan diri, terus memperkuat niat, terus menghapus keragu-raguan yang ada dipikiran saya. seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya juga bahwa internet menjadi sangat penting untuk saya, terutama social media, dalam hal ini adalah twitter, ditengah-tengah keraguan saya, ditengah kegalauan saya untuk mesyar'ikan pakaian, saya diberi pencerahan oleh twit-twit dari ust. @felixsiauw tentang hijab syar'i, dari tulisan-tulisan beliau saya sadar bahwa saya tidak harus menjadi baik terlebih dahulu untuk menjadi syar'i, tapi ke-syar'ian itu sendiri yang akan mendorong saya menjadi pribadi yang lebih baik. saya memang banyak dosa tapi setidaknya dengan mensyar'ikan jilbab saya mengurangi satu dosa. saya selalu merasa tidak siap, bagaiamana pekerjaan saya nanti? ada yang bersediakah menjadi suami saya nanti? dari beliau saya mendapat jawaban bahwa Allah sudah atur rezeki tiap hamba-Nya dengan seeebaik-baiknya dan apabila apa yang saya lakukan adalah memang karena Allah maka rezeki dari-Nya akan teus dimudahkan, jodohpun sama, dengan pakaian syar'i memang tidak banyak laki-laki yang akan memperhatikan diri ini, tetapi hanya laki-laki soleh yang mampu mengerti dan akan miliki saya nanti. Subhanallah..

   Tapi, ada yang saya tidak temukan jawabannya, yaitu soal keluarga. bagaimana dengan penilaian keluarga saya nanti jika saya bergamis dan berkerudung lebar ditambah berkaos kaki pula? lalu apa kata tetangga melihat perubahan saya? ibu dan bapak bagaimana menilai saya? apa saya akan dianggap aneh? apa saya akan dikucilkan? atau jangan-jangan saya dianggap telah mengikuti organisasi yang berhubungan dengan teroris? Astaghfirullahaldzim.. sungguh bimbang, berada diantara keinginan yang menggebu tetapi banyak yang membuat ragu. dari beberpa artikel yang saya baca, saya mendapat kesimpulan bahwa menutup aurat bisa mengurangi beban akhirat bapak saya kelak, bahwa saya nanti akan menjadi tabungan pahala untuk orang tua saya, bahwa saya harus menjelaskan semua keinginan saya terhadap ibu dan bapak dengan pelan-pelan, tidak terkesan menggurui dan melawan.

   Dan.. Akhirnya.. setelah melalui banyak pertimbangan dan keraguan, saya memulai semuanya. kerudung segi 4 yang biasa saya pakai satu lembar sekarang saya putuskan untuk men-doublenya menjadi dua agar saat diperlebar tidak terlihat transparan.  awalnya agak aneh meilhat bayangan saya sendiri dicermin menggunakan jilbab yang dirangkap dua dengan lebar yang tidak seperti biasanya. keluarga saya tidak banyak berkomentar, tapi saya tahu mereka berbisik-bisik membincangkan pakaian yang saya kenakan, terlebih ketika mereka melihat saya memakai kaos kaki setiap bepergian, mereka mengganggap saya bukan lagi menjadi diri saya. para tetanggapun sama, saya tahu mata mereka memandang aneh pada saya, "tidak apa-apa, mungkin karena belum terbiasa", pikir saya saat itu. sekarangpun saya menjadi jarang keluar rumah kecuali untuk hal yang penting, kadang didalam rumahpun saya menggunakan kerudung, biar saja dianggap aneh, ini semua karena Allah dan untuk orang tua saya, biar saja apa yang dipikir ibu dan bapak, asal saya tak melawan mereka dan membuktikan dengan saya harus menjadi pribadi yang lebih baik, dipandang anggun dan sopan didepan orang lain dan menjadi kebanggan ibu dan bapak. semua tidak berheti sampai disana, semakin saya yakin dengan jilbab lebar ini maka harus semakin semangat pula saya untuk mendapatkan ilmu agama, memperbaiki kepribadian saya, dan meyakini orang-orang yang saya cinta.

   Saat bertemu dengan kawan-kawan lama, teman-teman masa SMA dan teman lain yang sudah sekian lama tidak bertemu, merekapun memandang perubahan saya, katanya "kamu kok jadi kayak anak (.....sebut nama salah satu pesantren didaerah saya....). agak seram saya mendengarnya, karena yang saya tahu orang-orang dari tempat yang teman saya sebut dipandang miring oleh masyarakat. "duuuh ibu guru penampilannya ibu-ibu banget yah sekarang", cibir teman saya yang lain karena memang saya bekerja disalah satu SD diwilayah saya tinggal. tersenyum saja saya membalasnya, "hehehe bisa ajah", jawab saya. yaa begitulah.. mereka hanya tahu saya memutuskan mensyar'i kan pakaian karena pekerjaan saya padahal tidak. dilingkungan saya bekerjapun saya kerap dipandang aneh, sering sekali mereka bertanya "itu ngga panas neng pake kerudung dua begitu?", "lebar-lebar banget sih neng kerudungnya?", "ngapain pake rok sih neng, kita yang udah tua ajah pake celana", "sekali-kalinya pake celana jilbabnya lebar juga". hmm begitulah, karena saya memang yang paling muda ditempat saya bekerja, jadi harus siap dikritik oleh para ibu-ibu. lagi dan lagi saya meyakini diri, "ngga apa-apa nit, biar kamu tambah yakin", saya menghibur diri.

   Memang sulit hidup dijaman sekarang, segala serba mudah dan praktis, termasuk soal pakaian, khususnya kerudung yang sayangnya kepraktisan tersebut mengurangi nilai ke-syar'iannya. memang sulit hidup dijaman sekarang tanpa ilmu dan orang-orang terdekat yang sevisi dan sepemahaman. tapi, sulit bukan berarti tidak bisa, lagipula apa yang saya hadapi adalah ujian, karena bukankah orang belum dapat dikatakan beriman jika belum diuji? dan alhamdulillah hingga detik ini saya masih teguh dengan jilbab lebar, gamis, rok dan kaos kaki, karena saya seudah sangat-sangat merasa nyaman dengan apa yang saya kenakan, saya merasa menjadi wanita se-wanit-wanitanya, merasa sangat anggun, merasa bangga menunjukan identitas keislaman saya, semua menjadi lebih baik, mulai dari cara pikir, hingga pandangan hidup, semua semakin manis saya rasakan. Tapi, dibalik semua ujian yang saya hadapi ada pula pujian yang saya dapatkan, tidak jarang saya mendapat apresiasi yang baik dari teman-teman, dan tidak dipandang seperti wanita kebanyakan. Alhamdulillah :)

   Begitulah cerita perjuangan saya dalam mensyar'ikan pakaian, dari ujian hingga pujian, dan dari miris hingga manis, semua jadi satu, semua saya rasakan, semua Allah berikan, karena itu semua akan menambah kekuatan dan keyakinan saya, maka tidak perlu saya keluhkan. Saat ini tidak ada yang paling saya ingin selain Allah mengistiqomahkan ke islaman saya. saya memang anak baru (newbie), tapi semoga coretan perjuangan saya ini dapat berguna dan memotivasi pembaca semua yang sedang dilanda kegalauan dalam meyakinkan diri menuju ke-Syar'ian.

Berat perjuangannya, melewati banyak sindiran, terkesan diremehkan. Diri ini memang kering ilmu, tapi titah Allah dalam surat cinta-Nya bukan tulisan semu. Semoga Allah mengistiqomahkan jilbab dan gamisku.

Doakan saya tetap istiqomah, terimakasih sudah menyediakan waktu membaca coretan saya, semoga bermanfaat. Terimakasih, wassalam... ^^

created by: @ninitatabon
visual: Facebook Fanpage Dakwah Muslimah

2 comments:

Unknown said...

assalamualaikum mbak... aku juga mengalami hal itu mbak...
sama persis dengan yang mbak alami. aku juga sering dibilang terlihat lebih tua dari usiaku yang baru 19 tahun. aku juga ingin melebarkan dan memanjangkan jilbab yang aku pakai tapi sama seperti mbak aku memikirkan bagaimana tanggapan orangtuaku dan tetangga disekitarku karena mungkin keluargaku sudah dianggap buruk di lingkunganku. mbak juga merasakan bukan betapa hati ini berteriak ingin menjadi muslimah yang taat dengan jilbab syari dan hati ini juga selalu iri melihat cadar puteri para ustadz. aku juga ingat pernah berpikir aku meringankan dosa bapakku dengan berjilbab tapi kenapa seperti tindakan aku ini aneh mbak. padahal jilbab yang aku pakai hanya jilbab biasa. mohon doanya mbak agar tetap istiqomah. wassalamualaikum...

Nita Bonita Rahman said...

Wa'alaikumsalam warahmatullah ukhti, afwan sebelumnya saya baru balas komentar ukhti dipostingan saya ini.

Iyah memang berat keputusan untuk hijrah, belum lagi mengingat dampak atau efek setelah hijrah, tapi yaa memang wajar karena itu ujian dari Allah demi menguji seniat apa kita berubah ^^ tapi Alhamdulillah sekarang keluarga dan lingkungan saya sudah bisa menerima penampilan "baru" saya, walau masih banyak suara-suara kurang enak didengar tapi sekarang saya sudah mulai terbiasa, dan menganggap itu semua menjadi ladang pahal. Karena semua butuh proses dan butuh waktu mbak, kita cuma harus sabar dan nggak gampang goyah, Insyaallah kalo kita sendiri bisa yakin sama apa yang kita niatkan pasti orang lainpun akan menegerti dan menerima. Apalagi kalo tentang orang tua, lambat laun mereka pasti mengerti, asal dibarengi dengan perubahan sikap yang menyenangkan buat mereka juga. Dan jilbab syar'i bukan cuma buat anak ustadz atau lulusan pesantren kok mbak, jilbab syar'i untuk semua wanita yang merasa beragama muslim dan mau taat. Semangat berhijrah dan istiqomah yah mbak ^^ sama-sama mendoakan untuk tetap istiqomah ^^

Terimakasih sudah mampir dan baca kisah saya. Semoga Allah memudahkan segala niat baik kita ^_^