Ada
seorang laki-laki yang sering ku perhatikan secara diam-diam, yang hingga saat
ini masih sering kulakukan. Laki-laki itu sering duduk menunduk. Ketika pagi,
sesudah mandi, ketika siang ada waktu luang, ketika menonton TV.. ah sering
sekali dia duduk menunduk.
Apa
yang kau fikir? tidak, dia tidak sedang bermuram merenungi hidup, dia hanya
mengikuti perintah tubuhnya yang memberi sinyal kelelahan, sering juga ku
dengar dia mendengkur, dia duduk menunduk untuk tidur. Lelah sekali rupanya
dia, hingga tak peduli sedang apapun dia, jika ada waktu luang dia akan
tetridur begitu saja. Padahal, dia sama sekali tak bermaksud bermalas-malasan,
dia hanya kelelahan, bagaimana tidak? bisa kau bayangkan? ketika orang
kebanyakan bekerja saat matahari terang, dia bekerja saat matahari meredup,
saat matahari tenggelam di ufuk barat sana, laki-laki ini baru memulai mengais
rezekinya. Dia, si pedagang pasar malam harian, penjual baju anak-anak, seorang
laki-laki paruh baya yang ku panggil Bapak.
Tubuhnya
yang gemuk, rambutnya yang sudah mulai memutih, kulitnya yang hitam diterpa
sengatan matahari yang menemani ikhtiarnya, dan usianya yang semakin menua,
hampir setengah abad kira-kira, laki-laki itu tidak seperti laki-laki pada
umumnya, tubuh gemuknya membatasi gerak tubuhnya, tapi tidak dengan hatinya,
dia miliki hati yang tak bisa ku deskripsikan sebesar apa kuatnya.
Aku
mengutip kalimat dari sebuah novel yang pernah ku baca, katanya "enak
menjadi orang berbadan besar, karena ukuran hatinya lebih besar". Sebuah
kalimat dari novel karya Donny Dhirgantoro. Aku tidak peduli kalaupun kalimat
itu hanya fiksi, yang ku tahu kalimat itu terbukti pada diri seorang Bapak yang
aku cinta, bahwa dia bertubuh besar dan hatinya seluas samudera.
Bapak
adalah laki-laki yang rela kehujanan hanya demi agar aku bisa makan, yang
rela berjuang dibawah terik kepanasan demi agar aku dapat hidup layak seperti
teman kebanyakan, dan yang rela tidur larut sebelum dia melihat ku tertidur
nyaman dalam selimut.
Coretan
ini ku buat untuk laki-laki pertama yang ku cinta di dunia, yang ajarkan ku
caranya melakukan apapun tanpa merepotkan siapapun diluar sana, yang ajarkan ku
mandiri semampu yang ku bisa, seorang laki-laki yang darinya aku belajar bahwa
kesedihan tak harus ditampakkan pada wajah, laki-laki yang ajarkan aku
mengkamuflase rasa, laki-laki yang memperkenalkanku pada rasa berkorban sekuat
tenaga, seorang laki-laki yang ku panggil Bapak.
Bagaimanapun
hidup melemahkanku, Bapak tidak mengajarkanku untuk mengeluh, dia selalu
katakan "kerjakan dulu, jika memang benar-benar tidak bisa bolehlah kamu
meminta pertolongan pada siapapun yang bisa membantu, asal tidak mudah
mengeluh". Begitulah dia, seorang laki-laki yang mengajarkanku untuk
mandiri dan tidak mudah putus asa, seperti saat baru pertama kali ku kenakan
sepatu bertali, bapak memintaku mengikatnya sendiri, ku katakan aku tak
bisa, bapak bilang aku harus lakukan pelan-pelan dan beraturan, hingga akhirnya
ternyata aku bisa mengenakan keduanya dengan benar, Bapak hanya katakan
"bisakan jika kamu lakukan perlahan?". Bapak mengajariku bahwa hidup
tak perlu terburu-buru, dan sebelum aku memulai sesuatu aku tidak berhak
mengeluh. itu kata Bapak ku. seorang laki-laki yang rela menukar kebahagiaannya
sendiri demi aku yang hanya bisa merepotkan saja.
Aku
si anak yang selalu merepotkan, bagaimana tidak? hingga sebesar ini aku masih
terus minta ditemani kemanapun aku pergi. Sekolah, kerja, bahkan hanya kerumah
seorang teman aku masih minta diantarkan. aku tahu usianya tak lagi muda, dan
banyak yang tak lagi sama, seperti tubuhnya yang semakin melemah, aku menangkap
kelemahan itu saat matanya terpejam, saat dia duduk menunduk. Bapak tak lagi
muda.
Untuk
yang sering ku perhatikan sedang duduk menunduk..
Semakin
bertambah umurku, semakin berkurang jatah usiaku, semakin dewasanya aku, itu
semua membuatku tahu alasan dari segala ikhtiar yang kau lakukan, dan jawaban
dari pertanyaan kenapa kau rela sakit dan menukar semua kebahagiaan yang kau
punya hanya demi aku yang belum juga menjadi apa-apa. Sekarang aku tahu, bahwa
itu semua karena Cinta.
Terimakasih
banyak untuk kuatmu, untuk cintamu, untuk pengorbananmu, untuk semua yang sudah
dan masih kau lakukan hingga nanti untuk ku. Maafkan aku yang belum juga
menjadi yang kau mau. Semoga Allah mencukupkan waktu ku untuk bahagiakan mu,
dan semoga Allah membalas setiap peluhmu dengan kebahagiaan yang tak lagi semu.
Bertahanlah
Pak.. aku mencintaimu.
*backsound: Ebit G Ade - Titip Rindu Buat Ayah.
created by: @ninitatabon
*backsound: Ebit G Ade - Titip Rindu Buat Ayah.
created by: @ninitatabon
2 comments:
Bapak ku yg sangat ku cinta Rela mengantarkan ku pergi kemanapun, ke tempat jauh maupun dekat, bapak yg selalu menemanik, yg selalu menjagaku, memenjakanku, dan membanggakanku, kadang aku suka malu ketika bapak mulai membicarakan tentang ku kepada Teman dan kerabat bapakku, mulai dari apa yg sering aku lakukan hingga membicarakan prestasiku yg sebenarnya itu hanya prestasi biasa, namun di situlah aku mengerti, bapakku yg selalu membicarakan ku, Ternyata Dia bangga Padaku, ketika beliau tidur di syurga kami yg hanya berlantaikan semen, di atap yg masih bolong-bolong, kupandangi wajah usamnya aku berdo'a untuk Bapakku "Kapan aku bisa membuatkan istana, Membuatkan Kereta Kencana untuknya di Dunia dan di akhirat nanti, apa aku bisa memberikan syurga untuk kedua orang tua ku?.. aku harus bisa, ya aku yakin aku bisa..." saat ku berprestasi,saat aku makan apa yg menjadi makanan favorit bapkku, dan saat ku teteskan air mata . saat itulah aku selalu mengingatnya .. untuk Bapak aku berjuang melanjutkan pendidikanku tanpa meminta sepersenpun kepada Beliau..agar Bapak selalu bangga Terhadap Ku yg bisa Mandiri...
#Terima kasih Nita untuk Tulisanmu tentang bapak, untuk kita yang selalu mencintai Bapak, untuk kita yg mengingat pengorbanan Bapak..
"Allah limpahkan kesehatan untuk Bapak, agar kita dapat membahagiakan Bapak"..:( :)
:)
Post a Comment