Sunday, 13 July 2014

Besar Mulut

Malu.. Kaget..
Hari ini benar-benar tertunduk menangis sedalam-dalamnya tangisan. Aku tidak pernah menyangka sama sekali. Deretan makian itu satu persatu mengena hingga ke hati. Bukan, bukan makian.. Obat penyembuhan.

Berawal dari salah paham yang terlalu banyak, dari perdebatan yang tak pernah bertemu akhir, dari sebuah hati yang menuntut penghargaan, dari sebuah lisan yang dengan lantang mulai berani bicara.

"Mereka bilang kamu terlalu sering termakan lisanmu sendiri, ilmumu terlalu tinggi hingga kamu sendiri keberatan memikulnya. Kamu tahu? bahwa selama ini aku selalu membelamu! didepan teman-temanmu yang menjelekanmu, didedepan teman-temanku yang muak melihat sikapmu, dan didepan keluargaku aku selalu membela kamu. Tapi hanya kekecewaan yang selalu kamu beri untuk membalas setiap pembelaan yang aku lakukan untukmu!"

Kalimat itu mengenang, hari ini, dihati, sampai nanti.. mungkin hingga nafas ini berhembus untuk terakhir kali,

"MUNAFIK!!"
"MUNAFIK!!"
"MUNAFIK!!"
"MUNAFIK!!"
"MUNAFIK!!"

Kata-kata itu berdengung terus menerus ditelingaku, menancap dihatiku, melelehkan air mataku.

Aku.. si manusia besar mulut.
Aku.. si manusia yang terlalu banyak bicara tapi tak pernah tahu cara mempraktikannya.
Aku.. si manusia munafik kelas tinggi, yang tidak pernah bisa menempatkan apa yang dilisankannya ditempat yang seharusnya.
Aku.. yang terlalu banyak bicara.

Aku benar-benar tertunduk sadar, bermuhasabah diri, menangis meminta pengampunan.

Hari ini aku dibuat sadar akan banyak hal, bahwa selama ini lisanku tak sesuai perbuatanku, dalamnya hatiku amat bobrok saat ku tahu, akhlakku amat buruk dimata orang-orang terdekatku.
Selama ini, yang aku tahu hanya tentang bagaimana berusaha menjadi sebaik-baik teman untuk semua teman yang ku punya, berharap mampu mejadi berguna bagi sesama manusia, tapi.. hari ini.. aku dibuat sadar bahwa aku bukan siapa-siapa, mereka tak suka.

Sadar..
Amat sadar.
Aku munafik. Lisanku tak sama dengan tingkah laku ku.
Aku munafik. Ucapku tak sesuai perbuatanku.
Aku munafik. Mulutku terlalu mudah untuk membicarakan apapun yang ada dipikiranku.

Bodoh.. Hina.. Malu..

"Jika tak bisa praktikannya, kenapa kamu berkoar-koar mengumandangkannya?!"
"Jika tak tahu cara melakukannya, kenapa kamu mengajak orang-orang untuk mengikutinya?!"
"Jika tak mampu mempertanggung jawabkannya, kenapa kamu mengucapakannya?!"

Hatiku bertanya, mata yang menjawabnya.
Meleleh, air mata dengan segala penyesalannya.

"Ini alasan kenapa selama ini aku hanya diam tak melisankan apapun yang ingin kamu dengarkan, karena aku tahu bahwa lisanku akan mengundang air matamu"

Dan hari ini kamu membuktikannya.

Terimakasih untuk kamu, yang sudah menyadarkan bahwa hati ini sudah tertidur terlalu lama, terlena dalam zona nyamannya. Aku hanya mampu meminta sebanyak-banyaknya maaf yang kamu punya.


created by: @ninitatabon 

No comments: