Sunday, 28 September 2014

Bahwa Perbuatan Harus Sama dengan Yang diucap Lisan

Kelak saat hari perhitungan, semua anggota tubuh akan bersaksi atas apapun yang selama didunia sudah mereka lakukan, sedang mulut dibungkam tidak akan dibiarkan menjawab segala pertanyaan. Tahukah kenapa hal itu dilakukan? karena lisan pandai beralasan.

Saat hati tak karuan, amarah tak tertahankan, kenapa para orang bijak menyarankan kita harus diam? Karena lisan tak mengenal aturan, dia akan menyuarakan apapun tanpa sebelumnya dipikirkan.

Tahukah kenapa lisan di ibaratkan bagai pedang? Karena sekali menyakiti, tembus hingga ke dasar hati.

Dan terkahir, apapun yang terlisankan harus dipertanggung jawabkan melalui perbuatan, kenapa? Karena itu menunjukan sebaik apa hati telah menghubungkan lisan dan fikiran.

Jangan bicara jika tidak mampu mempertanggung jawabkannya,
Jangan melisan jika tidak mampu mempraktikannya,
Jangan berucap jika tidak mampu melakukannya.

Ini bukan menggurui, bukan pula menasihati, ini tentang Muhasabah diri, tentang saya pribadi.

Seperti sebagaimana semestinya, setiap hari yang Dia beri harus lebih baik dari hari sebelumnya,
setiap hari yang Dia beri harus berisi perubahan yang lebih baik didalamnya.

Hari itu, saya.. dibangunkan dari tidur panjang, disadarkan dari sebuah kesalahan.
Hari itu, seseorang memberi obat penyembuhan atas penyakit munafik paling menakutkan. Pahitnya amat menyakitkan, hingga membuat air mata jatuh tak mudah dihentikan.
Dan hari ini, saya sadar.. bahwa manusia butuh manusia lain untuk saling mengingatkan, sekalipun dengan cara yang menyakitkan.

"Kini.. Diamlah, jangan terlalu banyak bicara. Karena "bijak" tidak dinilai dari sebanyak apa kalimat mutiara yang manis didengar banyak telinga, tapi sepatut apa tingkah laku kita untuk dicontoh mereka."

Terimakasih untuk seseorang yang telah membuat saya menyadari bahwa betapa selama ini, lisan ini, sudah amat sangat tidak tahu diri, banyak bicara namun tanpa isi.

created by: @ninitatabon

No comments: