Menurut mereka mungkin ini hal yang biasa, tapi bagiku ini terlalu kaku.
entah ini kali keberapa ku tulis tentang hal yang sama,
tentang dalamnya sebuah luka, tentang bagaimana aku mengenangnya.
tentang kamu yang mencoba memperbaikinya.
Luka..
Perubahan bukan sekedar soal janji, tapi apa daya jika hati sudah terlanjur berharap lebih.
entah siapa yang lebih bodoh dari siapa, soal cinta semua jadi tak lagi rasional rasanya.
kamu teramat sering menjatuhkanku, ditempat yang sama pula menganga luka itu, dan ingatkah jika luka itu tidak hanya satu?
maka jangan lupa bahwa aku pernah terluka, dan bekas luka itu masih ada.
katamu bersama waktu kamu berjanji menyembuhkan, namun sadarlah bahwa waktu tidak mampu menghilangkan bekas yang ditinggalkan.
bukan bermaksud terus mengenang dalam fikir, aku sudah biarkan semuanya mengalir, tapi bolehkan untuk hatiku sendiri aku merasa khawatir?
sudah kubiarkan semua hanyut terbawa massa, tapi luka tetap luka, tak bisa ku tutupi rasa traumatiknya
katakanlah sudah tak ada lagi rasa memar tapi aku masih hafal betul bagaimana sakit itu menjalar.
maka jangan lupa bahwa aku pernah terluka, dan bekas itu sungguh masih terasa jika kamu sentuh bahkan hanya sedetik saja.
kini, dalam penantian yang katamu tak lama ini, tidak ada yang bisa kulakukan selain berharap dalam senyap.
meyakinkan diri tentang apa yang ku pilih, terus bernegosiasi dengan hati.
haruskah aku bermakmum padamu? yakinkah aku ikhlas di imami oleh orang yang terlalu dalam melukaiku?
entahlah, sejauh ini aku hanya ingin mengambil keputusan satu kali,
dan aku masih terus meyakinkan diri untuk tidak jatuh berkali-kali dilubang yang sama lagi.
Aku beri kesempatan padamu lagi
Tapi jangan lupa bahwa aku pernah terluka.
Dan.. masih terlihat jelas bagaimana luka itu membekas.
No comments:
Post a Comment