Friday, 4 December 2015

Hujan Desember

Selamat datang, Desember..

selamat berjumpa lagi denganku yang tak pernah becus mendeskripsi waktu, apa yang kamu bawa setelah 12 bulan kita tidak bersua? Em, benarkan 12 bulan? atau aku salah? ah, seperti yang kamu tahu, aku memang tidak pernah becus mendeskripsi waktu. Sebab apalah gunanya aku mengerti tentang arti detik dan menit jika disetiap geraknya yang ku lakukan selalu itu-itu saja, menahan rindu dan membungkamnya sekuat tenaga hingga aku lupa bagaimana seharusnya rindu tereja.

Selamat datang, Desember..

Apa yang kamu bawa setelah lama kita tak bersua? Ternyata masih juga berkeranjang-keranjang rindu yang kau suguh. Namun, hey.. apa pula ini yang kau bawa? harumnya menenangkan, rasanya meneduhkan. Ah.. hujan. Akhirnya, selamat tinggal daun-daun kering yang berguguran di halaman rumah, debu-debu yang memburamkan jendela kamar, dan selamat tinggal tanah gersang yang setia menyapa ban sepedaku setiap pagi selama beberapa bulan ini.

Orang bilang, musim panas tahun ini adalah musim panas terparah dan terhebat yang pernah ada di muka bumi, maka kedatanganmu, wahai hujan di bulan Desember, adalah sama rasanya seperti saat ku lihat senyum dan tatap seseorang yang walau sudah ku di patahkannya berkali-kali tapi tetap membuatku jatuh hati hingga kini. datangmu, teduh.

Entah sudah berapa banyak kisah dan puisi yang lahir saat hujan, hujan bagai bidan bagi mereka yang tak tahan disiksa mulasnya rindu, pedihnya patah hati, lelahnya penantian yang tak berujung, atau seraknya cinta-cinta yang dipaksa menjerit dalam hening.

Terimakasih Desember, terimakasih masih sudi bertemu aku yang selalu salah menerjemah rindu, terimakasih atas buah tangan yang kau bawa, aku suka hadirmu, aku suka hujanmu.

Terimakasih Desember, ternyata rasamu masih sama seperti 6 tahun yang lalu, saat kau mengenalkanku pada tatap mata yang hingga kini jika ku ingat masih saja terasa teduh itu, walau sudah 6 tahun lamanya, namun seperti baru kemarin rasanya kau datang dengan membawa rasa yang berbunga-bunga, dan hingga kini rasamu masih sama, meski segalanya tak lagi tersisa.

Selamat datang Desember, selamat datang hujan.

created by : @ninitatabon

Friday, 6 November 2015

Cuma Soal Waktu

Waktu tidak pernah berbohong bahwa dia mampu menyembuhkan luka, pun dia tidak berbohong bahwa disetiap luka selalu ada bahagia yang menanti diujung sana. Aku begitu akrab dengan semua tentang waktu, sebelum sampai pada hari ini aku begitu akrab dengan kalimat-kalimat sihir menenangkan namun klise tentang waktu. Aku pernah sangat muak saat memahaminya, pernah sangat benci pada siapapun yang aku pikir "sok " merasa paling paham tentang waktu.

Namun benarlah apa yang dikata orang bijak, bahwa kita tidak akan memahami sesuatu sebelum kita benar-benar mengalaminya. Dulu, bagiku waktu adalah musuh, dia berkoalisi dengan hening dan terkadang dibantu dingin hujan untuk menghidupkan kenangan, aku benci itu. Kalian harus tahu, aku adalah orang yang penakut dan selalu resah menghadapi kenangan.

Aku pernah seperti orang gila, berdialog dengan dinding membicarakan tentang hujan yang tiba-tiba datang memapah kenangan, aku pernah seperti orang sinting, histeris seorang diri dalam hening yang sangat bising. Hening dalam bising, kau bingungkan? demikianlah mengapa ku sebut sinting. Dan aku juga pernah tersipu disentuh angin senja di depan teras rumah, sebab kulitku gelap, maka pipiku mengungu, tak memerah seperti orang kebanyakan, aku tertawa melihat awan yang berubah warna dari putih menjadi jingga, mereka indah, aku terawa hingga aku lupa seberapa lama, yang kurasa hanya mulutku mengatup tak bersuara, bibirku kering bergeming.

Waktu pernah sekejam itu padaku, pernah membuat suara detik pada jam dinding begitu menyeramkan ditelingaku, kala itu rasanya ingin ku copot semua baterai yang terpasang pada jam di dinding rumah agar mereka merasakan menjadi aku, diam membisu.

Kini bagiku waktu telah berubah, dia bukan lagi musuh, dia teman, setelah pernah ku caci-maki dia dengan sumapah serapah yang membuat parau suaraku, serak hingga habis tak terdengar, ternyata dia yang suka rela menyembuhkannya. Dulu aku pun lebih suka bermimik sangar dihadapannya, membenci apapun yang dibawanya, hingga aku lupa caranya tersenyum dan tertawa, urat wajahku kaku tak bisa diubah, dan lagi lagi waktu yang mengobatinya, dia mengajarkanku tersenyum dengan indah, mengembalikan tawa yang dulu pernah ada.

Aku memang egois, tidak pernah ingin disalahkan, aku selalu suka menyalahkan keadaan, maka waktu lah yang menjadi korban, apapun yang berantakan dihidupku, hanya waktu yang pantas disalahkan, namun aku tidak pernah menyangka bahwa balasan yang diberi waktu padaku begitu indah, balasan yang kita semua akrab menyebutnya dengan "Dewasa", waktu yang mengajarkanku semuanya, dia menuntunku perlahan pada apa yang disebut proses, walau harus susah payah dia memapahku karena aku yang terkadang masih enggan untuk bisa kembali bicara dan tertawa, hingga akhirnya kini aku bisa kembali menjadi aku yang bahagia.

Bagiku hidup hanya soal waktu, dia akan menjadi musuh bagi kau yang tak ingin maju, menjadi kawan bagi kau yang rela pada apapun yang diberi-Nya, dan menjadi kekasih bagi kau yang mau memahami bahwa bumi tidak dicipta hanya dalam satu malam, menjadi dewasa bukan berawal dari diri yang hanya diam.

created by: @ninitatabon

Tuesday, 27 October 2015

Sajak Rindu (Wahai Laut)

Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki? 
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.

Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan? 
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, 
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.

Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta?
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? 
bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Wahai laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? 
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? 
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.

Oleh: Tere Liye


Thursday, 22 October 2015

Karena Kata

Karena tak dapat kutemukan
Kata yang paling sepi
Kutelantarkan hati sendiri
Karena tak dapat kuucapkan
Kata paling rindu
Kubiarkan hasrat terbelenggu
Karena tak dapat kuungkapkan
Kata yang paling cinta
Kupasrahkan saja dalam doa


Oleh: Sapardi Djoko Damono

Monday, 10 August 2015

Take Care, Good Girl!

Setelah tadi malam pertemuan terakhir kita sebelum kamu pergi menjemput mimpi-mimpi itu, saya yakin hari-hari saya disini rasanya tidak akan sama lagi, tapi seperti kamu yang bahagia menjemput segala mimpi dan rencana yang sudah kamu buat, saya juga harus sebahagia itu melepas kamu. 

Sesungguhnya tujuan saya menulis ini sederhana saja, untuk mengungkapkan kembali rasa terimakasih yang tempo hari pernah saya utarakan, karena seperti yang kamu tahu bahwa saya adalah orang yang lemah mengungkap perasaan secara verbal, bahkan hingga malam tadi sebelum kamu pergi saya masih tidak tahu harus berucap apa.

Kini bersama laju ular besi raksasa yang kamu tumpangi saat ini mimpi dan rencana-rencana itu semakin dekat untuk kamu raih, semua bukan lagi hanya bayang-bayang, semua semakin dekat untuk kamu genggam, dan setelah pertemuan terakhir kita malam tadi yang saya harap bukan benar-benar terakhir, kelak masing-masing kita akan dipertemukan dengan orang-orang baru, dengan cerita-cerita baru, sebab kini tanah yang kita pijak tak lagi bernama sama, kini jarak untuk kita bertemu tidak lagi bisa ditempuh hanya dengan beberapa menit saja.

Saya menulis ini bukan demi kamu tidak lupa pada saya, atau meminta kamu untuk terus menghubungi saya, karena saya tahu disana akan ada banyak kegiatan yang harus kamu lakukan seperti apa yang sering kamu dengungkan selama ini, selama 24 jam yang ada saya tidak berhak meminta waktu kamu bahkan walau hanya 1 jam saja untuk mengingat saya, karena saya tahu waktu akan mengubah banyak hal, termasuk perlahan memudarkan ingatan tentang apa-apa yang pernah menjadi kebiasaan kamu ketika masih disini bersama saya, pun tentang orang-orang baru, mereka akan datang dan menulis cerita-cerita baru pada lembar demi lembar buku hidup yang kamu punya, kamu akan menulis banyak hal, meninggalkan lembar cerita yang ada tentang saya didalamnya, kamu hanya akan membukanya sesekali entah karena rindu atau hanya untuk mencari referensi, atau entah untuk alasan apapun kamu membuka lembar cerita yang ada tentang saya didalamnya itu, semua hak kamu, sebab buku dan pena itu milik kamu.

Walau kamu selalu mengingatkan bahwa teknologi sekarang sudah canggih, dapat membuat kita saling menatap meski tak ada pada satu tempat, namun bagi saya selalu berbeda rasanya, sebab layar handphone tidak bisa saya cubit jika ada hal konyol yang kamu ceritakan, atau cerita bodoh yang kita perbincangkan.

Tapi semoga kamu mengerti bahwa diantara barisan orang yang melepasmu pergi dan mendoakanmu hari ini, saya ada disana dengan bait doa yang isinya selalu sama, semoga apa yang sudah kamu pilih membuat kamu bahagia, semoga apa yang membuatmu bahagia ada ridho Allah didalamnya, dan semoga setelah hari ini kamu tidak lupa jalan menuju rumah saya.

Saya rasa sudah terlalu panjang apa yang saya ungkap, dan sudah terlalu banyak waktu bekerja yang saya "korupsi" untuk menulis ini. Semoga tulisan ini tidak membosankan untuk kamu nikmati di perjalanan.

Maaf untuk sifat-sifat menyebalkan yang saya punya dan kamu terima. Terimakasih untuk hal-hal seru yang tidak bisa saya lakukan lagi selain dengan kamu, mengantarkan kerupuk dan minyak misalnya, atau membahas pertanyaan bodoh disetiap berangkat halaqoh seperti kenapa harus anjing yang menjaga sawah? kenapa tidak singa atau jerapah saja? semoga di Jogja nanti kamu temukan jawabannya :))

Semoga perjalan kamu menyenangkan. Take care, Good girl :)

Haurgeulis, 10 Agustus 2015.
Nita.

Monday, 27 July 2015

Jangan Pilih Aku jadi Istrimu, jika...

Seorang wanita menulis 11 (sebelas) poin isi hatinya di media sosial, saya merasa sependapat dengan pernyataan yang di tulisnya dan saya rasa perlu untuk mere-postnya.

Tulisan itu di awali dengan kata pengantar, bunyinya:

" Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku. Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja."

11 isi hati yang ditulisnya adalah sebagai berikut: 

1. Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku, tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.

Bagiku pasangan bukan sebuah trophy apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata saja, tapi bisa menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.

2. Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu cepat bosan dan berpaling mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.

3. Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang dengan seiring berjalannya waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu. Kamu harus tahu perut buncitmu tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka

4. Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah. Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga. Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.

5. Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu masih ingin meraih mimpimu dan aku hanya akan jadi penghalang untuk langkahmu itu.Meski menikah denganmu adalah impian terbesarku, aku tidak akan keberatan menunda itu demi cita-citamu karena aku juga punya cita-cita dan aku tahu bagaimana rasanya jika berhasil meraihnya.

6. Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.

7. Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.

- Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama mungkin tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.

- Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmukamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.

- Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingati kesalahanku, sedangkan aku tidak tuli dan masih bisa mendengarkan kata katamu yang lembut tapi berwibawa.

8. Jangan jadikan aku istrimu, jika kamu berpikir kamulah cinta pertamaku sedang setiap hari aku masih harus mendengar nama-nama mantanmu dan berusaha sekuat tenaga menghilangkan rasa cemburu yang mungkin tidak beralasan tapi kamu harus yakin, kamulah cinta terakhir dan satu-satunya cinta yang ingin kujalani sampai akhir hayatku.

9. Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.

10. Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naïf yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istanamimpi seperti itu terlalu menyesatkan karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.

11. Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku !

Saya pikir poin-poin yang ditulis penting untuk di pahami, karena komitmen akan rapuh jika hanya beralaskan siapa yang harus lebih untung dari siapa, harusnya bisa lebih dimengerti bahwa komitmen adalah janji untuk saling melengkapi hingga lupa jika ada kekurangan pada masing-masing diri. Semoga bermanfaat.

Friday, 19 June 2015

Terimakasih, Nurul..

Sementara banyak orang mengeluh tentang getirnya hidup, saya lebih memilih untuk mendefinisi manisnya kebahagiaan. Definisi bahagia didunia ini adalah relatif, bahagia menurut yang satu belum tentu sama dengan yang lain, tapi masing-masing kita berhak miliki dan menyampaikan pendapat tentang kebahagiaan yang kita pahami, dan disini saya ingin bercerita pada kalian tentang kebahagiaan yang saya miliki.

Dari sekian banyak definisi bahagia yang saya tahu, hanya ada beberapa yang saya paham betul bagaimana rasanya, sebab saya benar-benar mengalaminya, seperti saat ini, mereka bilang bahagia adalah ketika kita berinteraksi, bersahabat, atau bersama dan di bersamai dengan seseorang yang selalu mendekatkan kita pada kebaikan, dan ditambah lagi jika bersamanya kita tidak takut untuk menjadi diri kita sendiri. Dari hal itu sungguh saya merasa bahwa saya adalah orang paling bahagia, karena saya menemukan dua kebahagiaan itu sekaligus dalam diri satu orang saja. Nurul Hidayah. Kalian mengenalnya? Jika tidak, izinkan saya memperkenalkan dia melalui tulisan ini.

Berbilang 2 tahun sudah Allah mendekatkan saya dengannya, gadis berparas jawa, bertatap sendu, berpendirian teguh. Kalian pernah punya teman yang jika bepergian tidak peduli warna pakaiannya serasi atau tidak tapi tetap percaya diri memakainya? saya punya, dan saya harap akan masih terus punya. Dia adalah gadis yang membantu saya keluar dari suasana menjengahkan, ketika pikiran begitu ramai dalam hening, yakin dalam bimbang, dia juga yang telah membantu saya untuk berani berhijrah dari pemikiran-pemikiran jahiliyah, walau saya yakin dia tidak menyadari bahwa dia telah melakukannya. Gadis yang kini menjadi tokoh utama dalam tulisan ini.

Kawan, benar adanya pendapat yang mengatakan bahwa waktu selalu miliki banyak kejutan bagi setiap hati yang di rundung pilu. Seperti saya saat itu, saat diri dirundung ragu, saat diri ada dipersimpangan antara mundur atau maju, saat diri merasa amat ingin berubah namun entah harus memulai dari mana. Waktu memberi saya kejutan dengan mendatangkannya, seorang gadis yang saya tidak pernah menyangka akan di bersamai dengannya, tanpa memandang status sosial, latar belakang keluarga, tanpa mempermasalahkan suku, dia datang, mendekat, menetap. Saya lupa bagaimana detail kami mengawali semuanya, namun yang jelas akan selalu saya ingat sampai kapanpun adalah bagi saya dia datang di waktu yang tepat. Rencana Allah memang tidak ada yang bisa memprediksi, saya dan dia saling tahu sejak jaman masih berseragam putih merah hingga masa SMP, pun kami saling tahu ketika menjadi siswa di satu Madrasah Diniyah Awaliyah yang sama, namun waktu berhenti untuk kami pada masa putih abu-abu, kami tidak saling tahu sama sekali, hilang kontak, tak saling kenal. Di sela awal kedekatan kami dia pernah mengingatkan saya, bahwa dulu, di masa masih menjadi siswa MDA katanya dia amat jahil sering meledeki uniknya nama saya, saya hampir tidak ingat sama sekali, tapi dia terlihat riang ketika menceritakan bagaimana dulu saya marah-marah menanggapi ledekannya, saya benar-benar lupa, mungkin karena dulu kita memang sama-sama tahu tapi benar-benar jauh. Hingga baru di 2 tahun terakhir ini Allah mendekatkan saya dengan dia.

Ah, rasanya tidak penting cerita tentang bagaimana awal kedekatan saya dan dia, yang harus kalian tahu, saya yakin bahwa dari awal kedekatan kami, dia akan menjadi kawan yang menyenangkan. Saya percaya itu sejak dia menitikan air matanya di teras rumah saya, meluapkan segala sesak yang dia rasa padahal kebersamaan kami masih bisa dihitung dengan jari, karena bagi saya air mata tidak tumpah di sembarang tempat, cerita tidak di bisikan pada sembarang telinga. Dan sejak saat itu pula saya yakin dia adalah partner yang baik untuk bergurau tentang hidup dan kawan yang berani menegur tentang yang salah.

Dia membantu saya berhijrah, menemani saya mengawali mensyar’i kan pakaian yang saya kenakan, mungkin bagi sebagian orang hal itu tidak terlalu penting, namun bagi saya yang amat peragu dan terlalu banyak berpikir ketika memutuskan apapun ini hadirnya seseorang saat saya bimbang untuk meyakini sebuah keputusan adalah hal yang sangat membantu, saat bergurau dengan saya dia sering  menyebut dirinya sendiri sebagai bidadari, gurauan yang hanya membuahkan cibiran dari saya, namun sungguh didalam hati saya meng-iyakan ucapannya, sekalipun saya tahu itu hanya gurauan saja, karena saya rasa sebutan itu pantas untuk seseorang yang membantu orang lain keluar dari keadaan jahiliyah dan membawa pada pemahaman-pemahaman yang baik, dia membantu saya yakin untuk mengulurkan jilbab sesuai syariat, membantu saya menghapus segala ragu yang sekian lama mengungkung. Percaya atau tidak, saya berniat hijrah sudah sejak lama, sejak dia belum datang, namun terlalu banyak pertimbangan yang saya pikir hingga tak berani merealisasikannya, entah apa namanya, di tengah keraguan saya Allah menghadirkan dia dengan segala keteguhannya. Dia yang pertama kali menghadiahi saya sehelai kerudung yang jauh berbeda dengan kebanyakan kerudung yang saya punya, dia mulai mengenalkan saya dengan banyak hal yang mampu meneguhkan keyakinan baru saya.

Gadis bergolongan darah B itu amat gemar bercerita, seperti kebanyakan orang bergolongan darah B lainnya dia pun hobby berhayal, hey.. dari mana pula saya tahu soal kebiasaan orang berdarah B? adalah dia yang senang sekali berceloteh tentang dirinya, tentang sifat orang yang dilihat dari golongan darah, tentang macam-macam kepribadian, tentang kebiasaan-kebiasaan yang di amati dari apa yang orang suka, tentang apa saja, karena menurutnya calon psikolog yang baik harus memahami orang dari berbagai sudut. Dari golongan darah misalnya, darinya saya tahu bahwa orang dengan golongan darah B sering menyanyikan lagu dengan asal, tidak peduli pada nada, asal bunyi, asal asik. Begitulah.. saya selalu suka memperhatikan dia bicara, selalu seru rasanya mendengar dia bercerita, dia bisa meceritakan hal yang serius dengan raut yang gila, bersamanya saya tidak pernah habis membahas banyak hal, selalu seru membahas banyak cerita, menertawakan banyak kekonyolan.

Untuk saya yang sangat monoton memandang hidup ini, hadirnya sangat membantu  untuk memaknai hidup dengan lebih berwarna, dari caranya memakai baju misalnya, dia selalu menjadi sasaran cubit saya karena padupadan warna pakaiannya yang sering aneh dipandang mata, dia bisa memakai baju batik berwarna dasar putih dengan kerudung motif kotak-kotak biru serupa taplak meja dan bawahan rok bermotif batik berwarna dasar coklat, serta dengan kaos kaki warna mela menyala tanpa malu, padahal bagi saya itu adalah hal yang aneh untuk dilihat, tapi menurutnya orang-orang berkepribadian sanguinis memang begitu, menggunakan sesuatu berdasarkan fungsi, bukan fashion. Kalau saja kalian lihat bagaimana konyolnya dia dalam berpakaian, kalian akan geli sendiri melihatnya. Namun bagi saya itu selalu seru, melihat muka tidak merasa bersalahnya ketika tak mampu memadukan warna pakaian, mendengar dia mengomel sendiri sebab saya cubiti terus menerus, dan memperhatikan dia yang tidak pernah insyaf dengan kekonyolannya, itu selalu seru, karena darinya saya paham bahwa warna hidup tidak hanya itu-itu saja.

Dan untuk saya yang amat betah berhari-hari tidak keluar rumah ini, hadirnya sungguh membuat hidup saya menjadi lebih ramai, dia adalah perempuan yang amat hobby jalan-jalan, berpetualang, mencintai alam, dan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan out door, sungguh amat terbalik dengan saya yang hanya berani melihat dunia hanya lewat jendela dan dari depan layar yang terhubung pada internet. Kalian tahu, kawan.. yang membuat saya bahagia didekatnya adalah justru tentang hal-hal yang kontras antara kami, ternyata benar adanya bahwa perbedaan ada untuk saling melengkapi, saya tidak pernah berani melihat dunia secara utuh, hanya berani tahu sekedar dari “katanya” dan dari situs apa. Dan dari binar matanya ketika bercerita, saya bisa melihat bahwa apapun yang pernah dia alami adalah seseru yang dia ceritakan, sebab dia adalah gadis dengan daya hayal yang tinggi, saya pernah di ajaknya berhayal tengtang bagaimana serunya jika semua orang didunia ini mengenakan pakaian serupa kardus lemari es, agar tak ada lagi orang yang hanya menilai orang lain dari tampilan fisik, dan pikirnya pun dipenuhi oleh banyak mimpi, mimpi yang paling sering dia dengungkan adalah tentang betapa ingin dia berkeliling dunia dan menjadi seorang psikolog yang mampu menenangkan banyak jiwa.

Namun saya tahu, dibalik kekuatan dan ketangguhannya, dia seperti perempuan kebanyakan, kami memang punya keteguhan tersendiri, namun dalam beberapa hal kami tidak bisa mengatasinya sendiri walau dengan kekuatan sesuper apapun. Sehebat apapun teguran yang sering dia berikan, dia tetap butuh dibimbing, sekuat apapun tenaganya jika mencolek (re: nabok) saya, telapak tanganya tetap butuh digenggam. Dalam banyak hal justru dia lebih butuh sandaran dibanding siapapun, karena sungguh saya bisa melihat tangis dibalik tawanya, keluh dibalik senyumnya, rapuh dibalik kekonyolannya, saya tahu, walau dia tidak menyadari itu. Namun saya yakin kelak dia akan dibimbing dan digenggam oleh laki-laki yang tepat, laki-laki yang sebanding dengan usaha memperbaiki dirinya hingga detik ini, laki-laki yang mampu mendengar celotehnya dengan baik, laki-laki yang kokoh menopang ketika kakinya lelah berpetualang. Dan kalian tahu? Saya menulis ini dengan begitu detail dan hati-hati, karena saya yakin banyak mata yang akan membaca apa yang saya tulis ini dengan begitu jeli, sebab gadis yang sering melakukan hal-hal konyol itu sungguh banyak yang menunggu, sudah banyak yang siap yang menggenggam tangannya menuju petualangan hidup yang lebih menjanjikan kebahagiaannya, sudah banyak hati yang siap menjadi tempat bernaungnya ketika dia telah lelah dengan segala mimpi dan hayalnya. Namun tidak banyak yang tahu bahwa hatinya setia pada satu nama, saya sungguh berharap semoga waktu membalas manis kesetiaannya.

Dan kini, setelah kehadirannya sejauh ini, ternyata Allah ingin kembali membawa dia jauh dari saya, mungkin Allah ingin meminta saya untuk meneruskan perjuangan tanpa bantuan, mungkin cukup sampai sini dia membantu saya berhijrah, sisanya hanya harus saling mengingatkan dari jauh, sebab dia telah siap menjemput mimpi-mimpi dan rencananya. Satu bulan lagi, saya harus akui, sungguh sejak dia berniat melanjutkan rencana-rencana hidupnya demi mimpi-mimpi hebatnya, saya selalu menghitung mundur hingga saat itu tiba, saat dimana kamar saya tak lagi bising oleh celotehnya saat dia memutuskan mampir sepulang bekerja atau malam ketika dia memutuskan untuk berkunjung kerumah saya setelah dia bosan berbincang dengan tembok kamarnya sendiri,  saat tak ada lagi jalan-jalan sore menyusuri jalanan yang rutenya itu-itu saja, saat tak ada lagi teman duduk ketika kajian rutin awal bulan di masjid pusat daerah kami tinggal, saat tidak ada lagi kawan bergurau di jalan ketika menuju rumah murrobi untuk halaqoh di setiap Selasa tiba, saat tak ada lagi pakaian tidak matching yang harus saya komentari, saat tidak ada lagi martabak telor tanpa kornet yang akan kami pesan, saat banyak hal seru yang biasa kami lewati akan terganti entah oleh apa, saya rasa semua akan lebih sepi dari biasanya ketika dia sudah tak disini, namun saya tidak berhak menghentikan segala rencana dan mimpinya, dia harus menggenggam segala bahagia yang sudah menunggunya, tidak ada yang berhak menghentikannya termasuk segala kenangan yang sudah tertulis antara kami selama 2 tahun ini.

Kalian tahu, kawan? Saya harus menyeka air mata dengan ujung baju saat menulis ini, tulisan ini dibuat bukan tanpa tujuan, seperti judulnya,lewat apa yang saya tulis saya ingin menyampaikan terimakasih padanya, terimakasih atas pertemanan yang terjalin selama 2 tahun ini.

Terimakasih, Nurul..

Atas kebersediaannya untuk direpotkan hingga detik terakhir kita berinteraksi, terimakasih sudah membawa saya keluar melihat banyak hal yang sungguh jauh lebih indah dibanding sekedar dilihat dari balik jendela, terimakasih atas hal-hal bodoh dan gila yang kamu celotehkan, terimakasih atas telinga yang sudah setia mendengar keluh tentang gangguan jerawat yang merundung saya walau saya tahu telinga itu kini mulai bosan mendengarkannya, terimakasih atas pura-pura ketidak jengahanmu menjadi teman saya, terimakasih sudah menjadi adik kelas paling kurang ajar yang pernah saya kenal, terimakasih untuk kerudung yang kamu beri ketika awal saya berhijrah yang kini menjadi kerudung favorit saya, terimakasih untuk jalan-jalan yang selalu menyenangkan walau rute yang kita lalui itu-itu saja, terimakasih atas segala tegur ketika saya lupa, terimakasih atas segala hibur ketika saya duka, dan sungguh saya harus menutur terimakasih yang begitu banyak dan begitu dalam, lebih dalam dari banyak kenangan yang telah kita lakukan di 2 tahun terakhir ini, ucapan terimakasih terdalam saya karena kamu sudah datang di waktu yang tepat.

Dan bagi saya cinta adalah tentang kebiasaan, siapa yang bisa membiasakan dirinya dengan saya, saya akan mencintainya seluar biasa yang saya bisa. Semoga selama ini saya sudah mencintaimu dengan baik. Maafkan saya yang selalu tidak banyak berkomentar ketika kamu membahas tentang rencana kepergianmu menjemput segala mimpi-mimpi itu, sebab jika perempuan merepotkan ini diperbolehkan untuk bicara, saya akan menutur banyak hal tentang ketidak inginan saya dan pencegahan agar kamu tidak pergi, meminta kamu tetap disini, namun apalah hak saya menahan sedang disinipun saya tidak membantu banyak mewujudkan segala bahagia yang kamu damba, hanya mampu sedikit berperan dalam kisah yang semoga akan manis ketika kelak kamu mengenangnya. Terimakasih, Nurul. Dan sungguh maafkan saya karena terlalu sering merepotkan.

Kini selamat memasuki usia kepala dua, jangan pernah takut menjadi diri kamu sendiri, sebab kamu tidak pernah tahu bahwa di luar sana banyak yang ingin menjadi sepertimu. Dan semoga kelak saat kamu sudah tidak disini, saya harap, saya di bersamai dengan orang-orang baru yang semenyenangkan kamu. Semoga Allah meridhoi pertemanan ini.

Terimakasih, Nurul..

Friday, 12 June 2015

Jangan Menilai Terlalu Tinggi

Setiap orang berhak berubah, menjadi lebih baik itu harus. Aku.. satu dari sekian banyak jiwa yang memutuskan untuk berhijrah, berubah, berpindah, dari diri yang awam menjadi pelan-pelan terus menggali paham, dari hati yang lemah menuju hati yang pandai memahami hikmah, dari tubuh yang dibalut pakaian asal melekat berpindah pada tubuh yang ditutup pakaian sesuai syariat.

Ku tanggalkan cara berpikir ku yang lama, ku kesampingkan sedikit demi sedikit nafsu pada dunia, ku singkirkan jeans dan segala sandang yang tak sesuai aturan-Nya. Aku hijrah.

Tapi aku sadar tidak semua keputusan yang aku ambil bisa orang lain terima, tidak semua perubahan mulus tanpa di coba, sebutlah itu ujian, karena diri belum dikatakan beriman sebelum di uji, kan? Maka aku siap dengan segala resikonya. Kalimat nyinyir, pandang sinis, segala tuduh. Aku siap.

Kini berbilang 2 tahun sudah proses hijrahku, 2 tahun ku ulur jilbabku, ku longgarkan pakaianku, ku sederhanakan penampilanku, ku perbaiki cara berpikirku, ku jaga semangat perbaikan diriku, ku pertahankan semua keyakinanku.

Sungguh aku siap dengan segala resiko, amat siap dengan segala hal tidak menyenangkan yang aku terima. Aku siap dengan segala konsekuensi perubahanku. Termasuk menerima kalimat-kalimat tidak menyenangkan dari orang-orang terdekat, tuduhan dari orang-orang terkasih, aku tidak goyah meski mereka bilang aku terlalu idealis, fanatik, bahkan sok suci. Sungguh semua itu tidak membuatku lemah, tak goyah meski terus dirundung gundah, tak mundur walau selangkah, justru sebaliknya, aku menikmatinya demi bertambah keyakinanku terhadap-Nya.

Namun setelah berjalan sejauh ini, ada yang tidak siap untuk ku terima, aku luput mempersiapkannya, tak pernah menyangka akan menghadapinya. Ialah tentang "cap baik" yang orang beri, aku tidak pernah bersiap untuk di nilai terlalu tinggi, aku belum melatih diri untuk dipandang suci, karena yang aku pikir perubahan dan perbaikan diri hanya erat dengan cobaan dan ujian yang menyakitkan, aku lupa bahwa dibalik pujian pun ada ujian, dan ketika dihadapkan ternyata aku tak siap menerimanya  karena aku sadar aku tidak sebaik yang mereka puji. Aku tidak sebanding dengan akhwat yang hidup dalam lingkup dakwah setiap hari, yang sibuk dengan segala kegiatan keagamaan dalam organisasi, aku bukan bagian dari mereka yang orang panggil "ukhti", Aku tahu diri. Aku hanya manusia yang ingin memperbaiki diri, bukan bagian dari mereka yang berilmu mumpuni, maka saat menerima puja dan puji aku justru risau sendiri, aku hawatir tak mampu mempertanggung jawabkan pujian yang mereka beri.

Aku hanya manusia yang ingin taat, hijrahku bukan demi terlihat kuat, lebar jilbabku bukan karena aku sudah hebat. Justru sebaliknya, aku berharap kekuatan dibalik kerudungku, menutupi kepayahan lewat perubahanku. Aku gentar mendengar segala puji yang meninggikan, aku risau menerima tuduh yang berlebihan, sebab bagi diri yang lemah ini kritik pahit adalah obat yang menguatkan, sedang pujian yang terus menerus adalah buaian yang melalaikan.

Maka diwaktu yang mustajab ini, saat yang berpuasa menunggu waktu berbuka, saat muadzin bersiap mengumandangkan panggilan-Nya, saat senja berangkat menjemput Jum'at yang di berkahi-Nya, aku menengadah, memohon perlindungan atas segala lemah kepada yang Maha Segala, berterimakasih atas segala aib diri yang telah ditutupi-Nya. Sungguh diri begitu hina jika Dia membuka semuanya, semoga Allah berkenan menjadikanku setinggi yang orang nilai, sebaik yang orang puji, dan meridhoi semua usaha ini.

Dan kau, kawan.. Mau kah kau juga ikut mendoakan agar aku terus di istiqomahkan? Sebab hati itu terbolak balik sifatnya, sebab diri ini masih jauh dari apa yang di mau-Nya. Dan, kawan.. tolong jangan lagi menilai diri ini terlalu tinggi, karena aku yakin aku tidak lebih baik dari kalian yang memuji.

Haurgeulis, di satu senja menjelang berbuka.

Created by: Nita. B. R. (@ninitatabon)

Sunday, 7 June 2015

Jalanku Masih Panjang

Wahai perasaan..
Kau buat pagiku jadi mendung, soreku jadi kelam, kau buat siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita
Kau buat beberapa menit lalu aku gembira, untuk kemudian bersedih hati

Wahai perasaan..
Kau buat aku berlari ditempat
Semakin berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah
Kau buat aku berteriak dalam senyap
Kau buat aku menangis tanpa suara
Kau buat aku tergugu entah mau apalagi

Wahai perasaan..
Kau buat aku seperti orang gila
Mengunjungi sesuatu setiap saat, untuk memastikan sesuatu. Padahal buat apa?
Ingin tahu ini, itu, untuk kemudian kembali sedih. Padahal sungguh buat apa?

Wahai perasaan..
Kau buat aku seperti orang bingung
Semua serba salah
Kau buat aku tidak selera makan, malas melakukan apapun
Memutar lagu itu-itu saja, mencoret buku tanpa tujuan, mudah lupa dan ceroboh

Wahai perasaan..
Cukup sudah!
Kita selesaikan sekarang juga.
Jalanku masih panjang. Aku berhak atas petualangan yang lebih seru.
Selamat tinggal!
Jalanku sungguh masih panjang.

Oleh: Tere Liye

Friday, 5 June 2015

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Oleh: Sapardi Djoko Damono

Saturday, 23 May 2015

Menjadi Ibu



   Suasana rumah saya petang ini sedikit lebih ramai dari biasanya, ramai oleh keseruan beberapa anak SMA yang tengah mempersiapkan keperluan untuk acara ekskul disekolahnya, mereka adalah adik perempuan saya dan teman-temannya, dari yang mereka bicarakan nampaknya keperluan yang harus mereka persiapkan amat banyak, cukup rumit, dan menyebalkan, bagaimana tidak, kakak senior mereka memberikan petunjuk apa-apa saja yang harus dibawa ketika kegiatan nanti namun dalam bahasa dan kode-kode yang aneh, seperti harus membawa telur raja, bantal laminating, permen jagoan, bus yang kuat dimakan macan, dan lain sebagainya yang sugguh saya tidak mengerti kakak-kakak senior mereka mendapatkan istilah itu semua dari mana, namun seru sekali nampaknya mereka, dengan diseling canda dan celoteh-celoteh konyol mereka mencoba memecahkan kode-kode itu, yang akhirnya saya tahu bahwa telur raja adalah istilah pengganti untuk telur asin, ah.. ada-ada saja.

   Namun semenyebalkan apapun, masa SMA memang selalu menyenangkan, saya pernah merasakannya, kelak mereka akan sangat rindu dengan momen-momen yang baru saja mereka lakukan, seperti kini yang saya rasakan, melihat antusias dan mendengar keseruan mereka dari dalam kamar tidur yang amat dekat jaraknya dengan ruang mereka berada rasanya membuat saya yang selalu kalah melawan rindu ini menjadi semakin merasa lemah, sungguh saya rindu masa-masa itu, masa dimana bercengkrama dengan teman-teman tidak terhalang oleh pulsa yang habis, koneksi internet yang lelet, paket kuota yang limit, dan hari libur yang bagai hanya mitos. Ah, tapi yasudahlah, hidup bukan hanya untuk meratapi masa lalu, kan? Lagi pula sejauh apapun kini saya berjarak dengan mereka, sejarang apapun kita tidak berinteraksi, kenangan tetap selalu manis untuk di kenang, dan rindu tidak pernah absen terdikte dalam doa, saya harap mereka semua selalu baik dan dalam lindungan-Nya. lagipula saya sudah tidak terlalu meratapi masa lalu kok, karena perasaan galau, belum siap, dan segala hal tidak nyaman setelah berpisah dengan masa SMA hanya akan bertahan sampai 2 tahun, percaya deh, selebihnya? Kita akan terbiasa dengan aktivitas yang kita jalani. Begitulah yang memang saya rasakan, karena kita tidak pernah tahu akan ada kejutan apa yang dibawa oleh waktu yang bisa membuat kita bahagia menjalani hari ini dan rasanya ingin cepat-cepat besok, menanti kejutan lainnya.

   Selepas SMA tidak semua harapan yang saya harapkan pada masa putih abu-abu bisa terwujud, ternyata hidup tidak sesederhana yang saya rencanakan. Lulus SMA, melanjutkan kuliah, lalu bekerja dengan ilmu yang lebih memadai, kemudian dipertemukan dengan pujaan hati dan bersatu dalam bahtera pernikahan, dan akhirnya bahagia selamanya. Tidak, kawan.. hidup ternyata tidak sesederhana itu. siapa yang sangka jika saya harus telebih dahulu mencicipi dunia kerja sebelum menduduki bangku kuliah, dan kini siapa pula yang menyangka bahwa saya sudah menjadi "Ibu" padahal belum menikah, loh? kok bisa? ah.. hidup ini selalu penuh kejutan, kawan. disini akan saya ceritakan. Mungkin banyak teman-teman yang senasib dengan saya yang harus terlebih dahulu menjadi seorang pekerja sebelum menjadi mahasiswa, dan bahkan menjalani keduanya berbarengan. Saya merasakannya, betapa sulitnya menjaga semangat belajar untuk membaca modul-modul dan menyelesaikan tugas kuliah dengan tidak meninggalkan pekerjaan, namun Alhamdulillah saya bisa melaluinya dan kini tinggal menunggu undangan untuk wisuda, ah senangnya :)

   Dan hey, menjadi ibu padahal belum menikah? yup! saya kini menjadi seorang ibu, walau bukan dalam artian sebenarnya namun saya suka menyandang panggilan tersebut, terasa manis rasanya. Tahu kenapa? karena saya merasa dibutuhkan oleh tangan-tangan kecil yang masih terlalu lemah memahami keadaan, saya harus menjelaskan banyak hal yang kadang saya juga tidak mengerti jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh celoteh-celoteh polos itu, saya harus menghadapi tingkah polah unik dan kadang menjengkelkan dari mereka, saya merasa semua yang saya rasakan bersama mereka adalah hal yang lucu dan seru, saya menjadi ibu. Walau belum seutuhnya mengerti dan mampu menjalani peran sebagai seorang ibu, tapi ditempat saya bekerja naluri keibuan saya terus di asah dan itu amat menyenangkan rasanya ^^

   Pernah pada satu waktu saya harus melerai anak perempuan yang di jahili kawan lelakinya, si anak perempuan berlindung dibalik badan saya yang padahal sama besarnya dengan dia, saya merasa menjadi pelindung, dengan tidak banyak bicara anak laki-laki yang jahil itu beringsut mundur. Pernah pula saya menenangkan anak kelas 1 yang menangis, dan merapihkan kerudung salah seorang siswa yang terlihat berantakan, Ah.. menyenangkan sekali rasanya, namun hidup tentu selalu ada sulitnya, saya tidak selalu bisa menghadapi kenakalan mereka, tidak selalu bisa meladeni ingin mereka, tidak selalu bisa menjadi panutan mereka. Dari segala hal menyenangkan yang sudah saya tulis ini, apa kalian bisa menebak saya bekerja dimana? Yaa dengan amat riang hati saya menjawab bahwa saya bekerja di sebuah sekolah dasar Negeri di dekat daerah saya tinggal, berplang nama "SD Negeri Pilang", walau sebenarnya tidak terlalu dekat karena berbeda kecamatan dengan rumah saya tinggal, dan dipisah oleh sebuah jembatan, namun pula saya tidak merasa telalu jauh, kurang lebih 10 menit perjalanan. Bukan, saya bukan guru atau pengajar, saya hanya tenaga kependidikan, namun apapun itu jabatan dan status saya disana hari-hari saya selalu terasa bahagia jika berurusan dengan wajah-wajah polos itu, mereka yang membuat saya menikmati hari ini dan selalu menjadi tidak sabaran untuk menunggu hari esok. Merekalah kejutan yang dibawa oleh waktu, bisa dibilang mereka pelipur kecewa saya yang tidak bisa menjalani hidup sesuai rencana yang saya mau, tapi pahamilah kawan, rencana Allah memang selalu lebih indah dari rencana yang kita buat walau sudah sedetail dan seyakin apapun kita membuatnya, seperti saya yang bertemu dengan mereka :)

   Selain menjadi ibu, disana saya juga menjadi anak dari banyak ibu, saya harap kalian tidak bingung memahami kalimat saya yang satu ini, nanti kalian akan paham. Saya bekerja di tempat yang kini saya tempati adalah atas rekomendasi dari paman saya yang pada waktu itu menjabat sebagi kepala sekolah disana, awalnya saya menolak,saya merasa tidak ingin mengambil kesempatan itu, karena saya takut terlihat tua, dan takut di panggil "ibu", lucu sekali memang, namun dengan banyak pertimbangan dan melalui banyak pemikiran akhirnya pada awal tahun ajaran 2013, tepatnya adalah bulan juli, saya berangkat menuju sekolah yang dipimpin paman saya dengan didampingi bapak, ah.. saya masih ingat setiap detailnya, dengan kerudung berwarna putih yang senada dengan baju yang saya kenakan dan bawahan celana katun hitam, saya memasuki ruangan itu, saat memasuki ruangan saya di suguhkan dengan pemandangan lemari etalase yang di atasnya berjejer piala yang pernah sekolah itu dapatkan, ditengah-tengah ruangan terdapat 9 meja yang juga sepasang dengan kursinya, diatasnya bertumpuk banyak buku dan file serta dokumen yang sudah pasti berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar dan administrasi guru, ruangan itu tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu kecil untuk menampung 9 guru + 1 orang kepala sekolah didalamnya, khas ruangan guru lazimnya, diseberangnya terdapat ruang perpustakaan yang dihuni 2 orang guru lainnya, ruangan itu juga sekaligus digunakan sebagai ruang UKS, ruang operator dan dapur, satu ruangan banyak fungsi, hanya di pisah oleh lemari sebagai sekat, ruangan itu digunakan guru-guru untuk bersantai dan berbincang-bincang.

   Ada 4 orang ibu yang menjadi pembimbing sekaligus partner kerja saya disana, sisanya adalah laki-laki, inilah maksud saya menjadi anak dari banyak ibu, karena disana saya yang berusia paling muda, 18 tahun usia saya saat pertama kali menginjakan kaki disana, terlalu muda bukan untuk di panggil ibu? maka dari 4 ibu baik disana saya belajar menjadi seorang ibu walau memang belum seutuhnya tapi saya mendapat banyak ilmu dari yang mereka sampaikan ataupun tidak disampaikan, saya menyimak cara mereka memperlakukan siswa walau mereka tidak meminta saya menyimaknya. Kini, walau awalnya saya hampir menolak ajakan paman saya untuk bekerja disana, namun akhirnya saya merasa amat beruntung telah di takdirkan menjadi bagian dari keluarga besar sekolah walau saya bukan siapa-siapa, saya hanya seorang penulis dan penanggung jawab tabungan siswa, sesekali saya di minta untuk mengisi kelas yang kosong untuk mengganti guru yang berhalangan hadir, saya tidak mengajar, hanya memberi tugas titipan dan menunggui, itu saja, namun rasanya cukup menyenangkan :)

   Namun tidak baik rasanya jika hidup terus berada di zona nyaman, bukan bermaksud sombong, sungguh saya amat bahagia menghabiskan waktu 2 tahun saya disebuah sekolah dasar negeri yang terletak persis pada perbatasan kecamatan itu, namun hidup harus terus bergerak maju, tidak bisa diam ditempat walau itu memang meyenangkan karena tidak perlu lelah, maka pada awal tahun ajaran baru ini atas rekomendasi dari salah seorang teman, saya berniat resign dan berpindah bekerja ke salah satu SMK swasta, lebih dekat dengan rumah. Ah.. selalu sedih ya rasanya membas tentang pergi, pindah, berubah, berpisah, dan segala hal tentang pelepasan dari satu keadaan ke keadaan yang lain, tapi disana, di SDN Pilang pula saya telah mendapat banyak pelajaran, banyak pemahaman baru, termasuk tentang perpisahan dan kehilangan, dari salah seorang guru, sekaligus partner kerja, sekaligus salah seorang ibu yang saya punya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di umur yang sedikit lagi genap memasuki usia 55 tahun, pada bulan ke 7 saya bekerja disana, saya merasakan perasaan itu, perasaan kehilangan, saya harus menyesuaikan diri dan menerima kenyataan dari yang tadinya ada menjadi tiada. Berat memang, namun itu yang terbaik, bukan? Kelak saat saya pindah bekerja entah apa yang akan mereka semua rasakan, saya harap saya sudah menaruh kesan yang baik dan menulis kisah yang mengesankan untuk staff guru dan semua murid. Semoga :)

   Di setiap jengkal ruangan yang ada di sekolah saya menyimpan banyak kenangan, dan semuanya  menyenangkan, saya tidak bisa menuliskannya disini satu persatu, karena akan menghabiskan banyak waktu kalian untuk membacanya, saya amat menghargai waktu kalian, kawan, bahkan untuk sekedar berkunjung ke blog saya ini barang sebentarpun saya amat mengucapkan terimakasih :)

Ini cerita saya tentang menjadi ibu, menyenangkan! Dan disini pula izinkan saya mengucapkan banyak terimakasih untuk semua murid serta dewan guru disana, terimakasih atas cerita-cerita menyenangkan, terimakasih atas ilmu dan kesempatan, terimakasih sudah menerima, terimakasih anak-anak, terimakasih SD Negeri Pilang.





Ini foto di bumi perkemahan saat acara hari jadi pramuka, disana saya merasakan repotnya ketika menjadi ibu untuk 14 anak perempuan dalam satu tenda
(Kurang 5 anak, sedang mandi, semua yang ada di foto belum mandi :D)



pak Isep, pak Nedi, bu Edah, Pak Yuda (dari kiri), 3 laki-laki dalam foto ini yang paling seneng ngebully saya dan paling bikin kesan yang menyenangkan dalam hal ledek-ledekan :D


Nunung, Nayla, Seli, Bintan, Winda (dari kiri), Ini siswa kelas 5 kesayangan, yang paling akrab :')


Latihan pramuka, yeay!


Ini pulang latihan, mereka narsis, mereka duluan yang minta di poto :D


Ini pak nedi dan pak yuda, mereka emang jahil :D


Ini bareng murid-murid kesayangan yang tadi :D


Serunya latihan pramukaaa :D


Bross, hadiah pertama dari siswa :)


Ini bareng nunung dan seli :D


Masih bareng murid-murid kesayangan :D


Ini momen hari Kartini bareng murid kesayangan, namanya Nunung, pinter, selalu juara kelas, dan selalu ngerasa kecewa kalo tiap lomba yang dia ikutin nggak bisa bikin sekolah bangga, misalnya cuma juara 2 bukan juara 1, kagum! :)

*NB: Sebenarnya masih banyak wajah-wajah yang menemani saya sehari-hari disana, rasanya ingin saya share semua, tapi sayangnya tidak banyak yang saya abadikan lewat kamera :(


Haurgeulis, disudut ruang dalam kamar.
created by: @ninitatabon



Monday, 20 April 2015

Tahu Diri

Siapa tak ingin miliki hidup yang bermanfaat bagi sesama?
menjadi alasan dari setiap kebaikan yang seseorang lakukan,
menjadi penyemangat perubahan seseorang dari tidak mengerti menjadi amat memahami,
menjadi bagian dari rencana dan cita-cita hidup yang seseorang susun,
menjadi tujuan dari perjalanan yang seseorang lewati,
menjadi hadiah dari sebuah usaha yang seseorang perjuangkan.
Siapa tak ingin? Aku? tak usah kau tanya.

Bak putri-putri negeri dongeng, aku ingin miliki kisah hidup yang happy ending,
Serupa tokoh dalam kisah roman, aku ingin bahagia diujung cerita,
Selayak pemeran drama, aku ingin hadirku indah dalam sebuah kisah,
Iya, itu mimpiku, seperti impian wanita pada umumnya.
Namun aku harus tahu diri, sudahkah aku seanggun putri?
mampukah ku kubuat ceritaku semanis roman?
Pantaskah aku melakoni hidup seindah drama?
Memangnya aku siapa?

Sebelum hanyut dalam khayal, harusnya aku menyadari sejauh mana usaha yang mampu kulakukan,
Sebelum larut dalam mimpi, harusnya aku menyadari sepantas apa aku mengharapkan,
Sebelum jauh dalam angan, harusnya aku menyadari semampu apa aku menerima kenyataan..

Harusnya..

Didunia ini banyak sekali hal yang walau hanya ada dalam mimpi, harusnya kita tahu diri untuk tidak memimpikannya. Seperti tentang harap yang ku susun, tentang mimpi yang bangun, tentang angan yang ku simpan, tentang kau yang kutunggu, tentang kita yang kuharap tidak hanya menjadi harap saja, harusnya aku tahu diri untuk tidak terlalu cepat meyakini bahwa semua akan benar-benar menjadi nyata, karena siapalah aku ini? Bukan seorang anak raja, bukan wanita berparas jelita, bukan manusia berlimpah harta, Lalu, berharap diperjuangkan kebahagiaannya, berharap miliki kisah yang indah, berharap dianggap berharga dan dinanti hadirnya? Ah.. mimpi saja.

Tahu diri..

Dua kata yang kini menggantung disudut pikir, menjejal sesak dalam relung, menggoyah hati tak berarah, meruntuh harap berserakan.

Saat sudah tak mampu melangkah, bukankah lebih baik berhenti?
Saat sudah tak mampu berjuang, bukankah lebih baik menyerah?
Saat sudah tak mampu beri arti, bukankah lebih baik tahu diri?

Jika cerita ini tentang siapa paling salah dari siapa, maka biar aku yang menyerahkan jiwa,
sebab aku yang mengizinkanmu untuk singgah, sebab aku yang sibuk dengan pikiranku sendiri, sebab aku yang terlalu banyak menuntut tanpa memahami, sebab aku yang rela untuk jatuh berkali-kali.
Setelah sejauh ini, kini aku menyadari bahwa hanya yang jelita yang akan bersanding dengan yang rupawan, bahwa hanya yang cantik hatinya yang akan bersanding dengan yang tampan jiwanya,
bahwa hanya yang mampu memahami yang pantas dinanti. Bukan aku yang berharap miliki guna bagi sesama padahal belum mampu miliki guna walau untuk diri sendiri saja.

Jika dalam menantimu saja aku mudah menyerah, bagaimana bisa aku memberi hidupmu banyak warna? Karena ku tahu diri bahwa aku bukan siapa-siapa, maka kini aku menyerah demi hati yang harus bebas sebebasnya.

created by: @ninitatabon

Sunday, 19 April 2015

Selamat Ulang Tahun, Mamah

Aku tahu setiap hari yang Tuhan beri adalah anugerah, namun untuk hari ini izinkan lah aku menyebutnya dengan hari yang sendu, lebih sendu dari hari biasanya, bukan tentang nama harinya, bukan tentang rutinitas didalamnya, namun tentang angka dan bulannnya, karena kalender yang menempel didinding rumahku hari ini menunjuk pada angka dan bulan yang sama seperti  pada 44 tahun lalu saat seorang wanita yang dengan Ridho Allah hadir kedunia dengan sehat dan selamat , dengan di selimuti rona bahagia dari ibu dan bapaknya, wanita yang kini menjadi wanita paling beharga yang aku punya, wanita yang akrab ku panggil  Mamah.

Iya, hari ini adalah hari ulang tahun mamah, genap  44 tahun sudah beliau hidup didunia, orang bilang hari ulang tahun adalah hari yang bahagia, namun bagiku tidak, maksudku bukan aku tidak bahagia, tapi ada rasa yang lebih dominan dari bahagia, ialah sendu, yang sejak menyadari hari ini akan segera datang 2 hari yang lalu rasa itu sudah muncul membuat hati gelisah tak menentu. Karena hadirnya hari ini membuatku sadar bahwa kontrak kebersamaanku bersama orang-orang yang ku cinta kian bekurang, walau entah siapa yang lebih dulu pergi dari siapa. Menurutku hari  ulang tahun adalah sama seperti hari biasanya, berisi tanggal dan bulan yang selalu berulang sama setiap tahunnya, namun bedanya hari ini berisi banyak doa yang terpanjat, tapi diantara deretan doa  dan ucapan bahagia selalu terselip rasa takut yang kusembunyikan, rasa takut yang selalu menyadarkan bahwa sebuah kebersamaan selalu punya batas waktu.

Tentang hari ini, tidak ada yang spesial yang bisa kuberi, baik kado atau kejutan apapun yang mampu ku bagi, hanya sendu saja yang ku rasa sejak tadi, sesungguhnya bukan aku tidak bahagia, justru aku sungguh bahagia karena hingga saat ini Allah masih memberiku kesempatan untuk tetap bersama dengan wanita yang kucinta, namun sedih rasanya ketika menyadari betapa hari ini begitu cepat datang lagi. Rasanya baru kemarin mamah memakaikanku seragam bernuanasa biru dan menyematkan jepit rambut berwarna merah jambu juga bedak yang menempel tanpa perhitungan yang rutin dilakukan mamah saat sebelum aku berangkat sekolah pada masa TK dulu, rasanya juga baru kemarin mamah menggandeng tanganku ditengah keramaian dan mengangkat tubuhku sebisanya demi aku bisa melihat bagaimana lucunya sekelompok gajah bermain bola yang disaksikan oleh penonton yang begitu padatnya, rasanya pula baru kemarin mamah menyarankanku bagaimana cara berdandan yang baik untuk menghadiri acara perpisahan masa SMA saat dimana seluruh siswa kelas 3 diharuskan hadir disekolah dengan dandanan yang tidak seperti biasanya. Rasanya baru kemarin setiap moment bahagia bersama mamah ku buat, namun kini sudah menjadi kenangan yang terlewat, kenangan yang hanya bisa ku ingat.

Sudah amat banyak rasanya kalimat indah yang mendefinisikan tentang sosok seorang mamah, namun sungguh masih tak cukup indah untuk menjelaskan bagaimana seharusnya beliau terdefinisi, maka benarlah sudah jika nabi menyarankan kita untuk memuliakan wanita yang melahirkan kita tersebut dengan sebaik-baik kemuliaan, karena bahkan kata seindah apapun masih tak cukup indah untuk mengartikan bagaimana luar biasanya ia.

Karena aksarapun tak cukup mampu untuk mendefinisikan bagaimana  menerjemahkan indahnya mamah, maka kini kucoba untuk menjelaskan bagaimana berharganya ia, melalui sebuah hari yang kata orang harusnya penuh dengan rasa bahagia, namun aku lain mengartikannya. Bukan.. bukan  maksudku tidak bahagia, namun aku hanya tak kuasa menyadari bahwa waktu terasa cepat berlalu,  waktu terus bergulir menghabiskan jatah kebersamaan yang kumiliki bersama wanita yang kucinta. Jika memang jutaan aksara tak cukup mampu mendefiniskan cintaku untuk mamah, maka biar pula ku coba mengartikannya dengan sederhana, bahwa bagiku embun tidak akan terasa sejuk tanpa kicauan mamah yang membaweliku saat beliau tahu aku diam-diam memilih kembali berbaring  ditempat tidur saat kewajiban ibadah subuhku sudah ku tunaikan, bagiku siang akan terasa begitu terik tanpa sms mamah yang bertuliskan nada hawatir karena aku tak kunjung pulang tanpa mengabari aku ada dimana, bagiku senja tidak akan menenangkan tanpa suara serok dan sapu yang berpadu kompak membantu mamah merapikan pelataran rumah yang penuh dengan daun jambu dan ranting kering yang gugur setelah seharian mencoba bertahan pada dahannya, bagiku malam akan begitu menusuk sunyinya tanpa lagu-lagu dangdut yang melantun dari acara TV yang setia mamah tonton setiap hari walau orang-orang yang mengisi acara selalu sama dan mamah sudah hafal betul bagaimana alur acaranya, bagiku hari tidak akan berjalan sempurna tanpa itu semua, tanpa melihat mamah sibuk dengan aktivitasnya, tanpa mendengar omelan mamah, tanpa memperhatikan mamah lalu lalang mengurus  adik bungsuku yang dalam mendidiknya sungguh membutuhkan jutaan kesabaran, bagiku semua hari adalah bahagia asal tak ada murung pada wajah mamah.

Tentang hari ini, walau semua berjalan normal seperti hari biasanya, ada yang tidak biasa pada hatiku, seperti yang sudah kutulis sebelumnya, bahwa waktu terus berjalan, waktu semakin berlalu, hari ini datang lagi, hanya angka pada umur yang bertambah, namun jatah usia justru sebaliknya, berkurang, perlahan. Bagiku dunia akan terasa sangat sendu saat kita menyadari bahwa setiap yang berawal pasti berakhir, setiap yang bertemu akan berpisah, setiap yang bersama akan berjarak, walau entah kapan, walau entah bagaimana, namun setiap hari ini hadir, semua semakin terasa sendunya.

Untukmu mamah...

Maafkan aku yang hingga hari ini belum mampu berikan apa-apa, maafkan aku yang hingga detik ini hanya mampu merepotkan saja, maafkan aku yang masih belum mampu menjadi apa yang kau mau, masih sering mebangkang inginmu, masih sering menghabiskan suaramu untuk meneriaki kecerobohanku, masih sering egois dengan pendapatku tanpa mengindahkan saranmu.

Untukmu mamah...

Terimakasih atas suara gaduh dari aktivitas pagimu didapur yang menjadi pertanda awal hariku, terimakasih atas sarapan yang kau hidangkan sebelum aku beranjak menuju aktivitas kerjaku, terimakasih atas kesediaannya merapihkan barang-barangku saat aku lupa membenahinya, terimakasih atas sms-sms peringatanmu saat aku melewati batas waktu yang ku janjikan saat sebelum ku keluar rumah, terimakasih sudah bersedia menjadi sasaran cubitanku saat ada hal gemas pada acara TV yang kita tonton, terimakasih atas ayam goreng bumbu serundeng buatanmu yang selalu membuatku yang sulit makan ini menjadi lahap ketika menyantapnya, terimakasih sudah bersedia direpotkan dengan kebandelanku yang malas meminum obat saat sakit datang menyapaku, terimakasih untuk segalanya yang tak sanggup ku sebutkan satu persatu namun amat berharga dipikirku, terimakasih atas senyum yang masih kau hadirkan hingga detik ini dirumah sederhana kita, terimakasih atas cinta dan kasihmu.

Untukmu mamah...

Aku selalu ingat bagaimana suara lembutmu berucap bahwa kami, anak-anakmu tak boleh menjadi sepertimu, kami harus memiliki hidup yang lebih baik dari hidupmu, kami harus menjadi lebih segalanya darimu, aku selalu ingat pesanmu  yang tak pernah bertele-tele dan yang tak pernah terlalu rumit untuk ku mengerti itu, aku selalu ingat bagaimana harap dan inginmu yang begitu tinggi pada kami anak-anakmu, aku selalu ingat bagaimana raut penuh harapmu ketika pesan itu terucap dari bibirmu, pesanmu sederhana namun selalu mengena dan kini menjadi harap yang tak pernah absen untuk kupanjatkan pada-Nya.

Untukmu mamah...

Selamat ulang tahun, semoga Allah berkahi sisa umurmu, meridhoi kebersamaan kita, membalas setiap apa yang sudah kau perjuangkan untuk keluarga kita dengan Syurga yang tak terbatas indahnya, mengganti setiap air yang mengalir dari matamu dengan kesejukan di Jannah-Nya.
Maafkan aku yang tak mampu berikan apa-apa selain cinta.


Selamat ulang tahun, mamah.

Indramayu, 11 April 2015. Untuk seorang wanita yang di kakinya ada Syurga untukku.

created by: @ninitatabon

Tuesday, 10 March 2015

Kita yang Entah

Apa yang paling sering orang lakukan jika sedang menyendiri  menikmati hujan selain mengenang hal yang sesungguhnya paham betul bahwa semua tak akan bisa diulang? Menurutku tak ada, hanya itu saja, mengenang. Mengenang apapun, entah tentang cerita bahagia yang membuat bibir tersenyum tipis nampak manis bayangannya pada kaca yang berembun karena hujan diluar sana, entah tentang hal memalukan yang membuat pipi merona bagai buah tomat dihalaman yang segar dibasahi hujan, atau tentang getirnya penyesalan yang berakhir pada aliran titik air dari sudut mata, semakin terasa getir ketika semilir angin yang perlahan menyusup halus melalui fentilasi kamar menyentuh kulit hingga sampai ke hati yang ringkih dihantam rindu. Hujan memang tidak hanya meninggalkan genangan, namun pula mengingatkan pada kenangan.

Lalu, setelah hujan datang membawa banyak rasa, apa lagi yang dihasilkannya selain jajaran aksara yang berderet membentuk namamu dipikirku, kalimat-kalimatmu yang pernah terucap dulu, dan paragraf tentang kisah kita yang berending sendu? Aku tertawa masam mengingat semuanya, apalagi alasan mengenang jika bukan karena rindu? Klise.

Rindu dan kenangan selalu menjadi kambing hitam atas segala perasaan mellow dihati, padahal kita yang ciptakan sendiri, namun yang pasti semua tidak akan pernah ada jika waktu tidak pernah tercipta. Waktu, dalang dari segala perubahan, alasan setiap pergerakan, penyadar sebuah keterasingan, dan waktu jua yang membuat kita pernah saling melupakan untuk kemudian kini kembali mengingat, kita pernah saling membenci untuk kemudian kini kembali merindu, kita pernah saling acuh untuk kemudian kini kembali peduli. 

Waktu berperan penting dalam alur cerita yang kita buat, karena darinya aku akan tahu apakah akhirnya kita saling menyapa untuk kembali bersama, atau hanya sekedar menyapa untuk menyadarkan bahwa kita memang lebih baik-baik saja tanpa lagi menjadi kita. Entah, siapa yang tahu dengan pasti jawaban dari pertanyaan ini? Entah, karena apa lagi yang pasti didunia ini selain keentahan itu sendiri?


Entah, kita, entah...

created by: @ninitatabon

Thursday, 19 February 2015

Teruntuk Kamu Yang Entah Siapa

Malam ini gemintang tak merasa sendiri, sebab bulan datang menghampiri.
Pagi hari daun tak merasa sepi , sebab embun menyelimuti.
Pun senja nanti aku yakin lembayung tak akan merasa sunyi, sebab jingga mendampingi.

Begitulah mengapa alam-Nya nampak indah, karena Sang Pencipta melukisnya dengan ketergantungan satu dan lainnya.

Seperti rinduku, yang bergantung pada hadirmu.

Sadarkah kamu...

Aku merindu hadirmu sejak ku tahu cinta itu indah.
Aku menantimu sejak ku rasa cinta itu anugerah.
Aku mengharapmu sejak ku mengerti bahwa cinta mampu membuat Dienku sempurna.

Namun, ada hal penting yang tak ku tahu. Aku tak tahu kamu siapa.

Bukankah memang begitu mekanisme cinta? Aku bebas menggila walau tak jelas alasannya, aku bebas menanti walau tak paham untuk siapa.

Namun, ada pula hal lain yang jelas aku tahu, aku tahu bahwa cinta pula satu paket dengan cemburu.

Dalam penantianku, aku cemburu...

Pada angin yang bebas menyentuhmu,
Pada bayangan yang selalu berada didekatmu,
Pada cermin yang leluasa memperhatikanmu,
Pada mereka yang dengan mudah menikmati senyummu.

Wahai kamu yang entah siapa..

Terasakah kala disini ku memperbincangkanmu kepada Penciptaku?
Bergetarkah hatimu kala disini ku titip rindu untukmu melalui Sang Empunya Cinta itu?
Ada desiran yang berbedakah pada aliran darahmu kala disini ku ungkap gundahnya menantimu pada Rabbku?

Wahai kamu yang entah siapa..

Tahukah kamu bahwa aku disini  disiksa oleh bisingnya rindu yang bergemuruh?
Tahukah kamu bahwa aku mulai muak menelan sepi yang menghantuiku?
Dan tahukah kamu bahwa aku lelah terus menerus menikam hatiku demi mengingatmu yang belum halal untukku?

Maka, untuk kamu yang entah siapa...
Bisakah kamu percepat langkahmu untuk nenjemputku?

Created by: @ninitatabon

Sunday, 25 January 2015

Pasukan Mungil Merah Jambu

Selamat malam, kawan-kawan ABG...

Loh? kok cuma anak ABG yang disapa? ya ane kan masih ABG, kak (umur masuk kepala 2 masih termasuk ABG kan? masih lah! titik),  dan menurut pengamatan kecil-kecilan yang pernah ane bikin ternyata yang suka ngepoin blog ane kebanyakan anak-anak ABG. so, hellow kawan-kawan ABG ku!

Gaiiiis, gimana kabar hati kalian hari ini? masih hobby ngintipin akun facebook dia dan bertahan sama penantian yang nggak tau bakal berujung dimana? sama dong! *tos*

eh, ane lagi nggak pengen posting yang mendayu-dayu dulu deh kali ini, lebih pengen curhat sih sama kalian. boleh dong? dan yang pasti curhatan ini pas banget dihati kalian karena ini soal kegundahan anak ABG kebanyakan, jadi ini curahatan hati kita semua wahai kawan-kawan ABG ku!
mari kita curhat-curhatan! wuwuwuw~

Ane mau curhat soal kegalauan ane  ngadepin sesuatu yang kecil, imut-imut (walau ga ada imut-imutnya sebenernya), warnanya merah muda, SAKIT, DAN ganggu banget  ditubuh imut kita khususnya bagian muka! tau dong ane lagi ngomongin apa? Yup!! JE-RA-WAT! Aaaaaaaaaaaak!! *histeris*

Jerawat atau yang dalam bahasa latin disebut Acne Fulgaris ini salah satu alasan selain jatuh cinta yang bikin seorang anak ABG yang tadinya periang tiba-tiba jadi pendiam, yang tadinya PD abis jadi minderan, dan yang tadinya terlihat sangat menarik tiba-tiba dipandang hina sama orang. Emang bahaya banget "sesuatu" yang satu ini! menurut artikel-artikel yang ane baca jerawat itu bisa muncul karena banyak hal, tapi cuma beberapa faktor yang paling ane inget, bisa karena faktor kebersihan, karena faktor hormon (biasanya dialami kaum kita yang lagi dalam masa pertumbuhan ini wahai kawan-kawan ABG), dan juga faktor stress.

Ane adalah satu dari sekian banyak anak ABG yang amat sangat gundah gulana ngadepin si mungil merah jambu yang satu ini T.T, gimana nggak gundah gulana coba? dari jaman SMP yang adalah tahap awal ane masuk ke fase ABG, ane nggak pernah berurusan sama yang namanya jerawat dengan kadar yang separah ini, pernah sih mereka muncul di muka tapi cuma satu-dua jerawat yang muncul, dan itu cuma sementara, nggak lama, nggak menetap, dan nggak membekas. Tapi setelah lulus SMA, ya Salaaaam, mereka nyerbu muka ane nggak pake nyantai! Jahat T.T


Sebelumnya kalian harus tau, ane ini berkulit layaknya perempuan Indonesia kebanyakan, sawo matang, cenderung kematengan (re: gelap), tapi ane nggak pernah sama sekali berniat pake make up atau apalah itu buat menutupi ke-eksotisan kulit yang Allah bikin ini, pake bedakpun ane gemeteran! ane nggak ngeerti kenapa setelah lulus dari masa putih abu-abu si pasukan mungil merah jambu itu gencar banget nyerbu muka ane, ane salah apa?! T.T apa ini soal kebersihan muka yang itu berarti soal make up? yaelah, pake bedak aja nggak! apa karena hormon? ah tau ah, ane nggak ngerti soal itu, males mahamin bahasa-bahasa kedokteran yang luar biasa bikin keblinger, atau juga karena stress?! yang ini, emm.. bisa jadi si, soalnya lulus SMA berasa banget banyak pikiran yang maksa masuk ke kepala ane, sampe-sampe kepala hampir meledak karena kepenuhan, nah! mungkin si jerewi-jerewi ini adalah wujud dari pikiran-pikiran antah berantah yang udah ga muat didalem kepala. Aha! bisa jadi!

Tapi, apapun itu sebabnya, yang jelas ane udah keseeeeel banget ngobatin pasukan mungil merah jambu di muka ane ini, udah banyak obat yang ane coba, tapi ga juga sembuh, dan katanya emang kalo udah jerawatan ya susah buat di sembuhinnya, bisa sih sembuh tapi nantinya membekas, yaa kayak kenangan gitulah sistem kerjanya, kalo udah nggak sakit, bekasnya nggak ilang, gitu... huhuhu T.T, dan juga ane muak berasa dipandang hina sama tiap mata yang liat, sedih kalo inget muka jaman dulu, apalagi kalo ketemu orang-orang di masalalu dan mereka nanya "Kenapa sekarang mukanya jadi gini? dulu muka kamu nggak gini deh" heuheuheu T.T pernyataan dan pertanyaan itu bener-bener bikin depresi karena ane sendiri nggak tau jawabannya apa, kalo nanya ke mamah beliau cuma jawab "nggak apa-apa, lagi massa nya" ini jawaban enaaak banget didenger, tapi kadang juga beliau suka ikutan nanya "kok jadi gini ya muka kamu?" yaelaaah mamaaaah  T.T

Galau banget kan postingan kali ini? huhuhu

Tapi!! gimanapun dan apapun yang Allah kehendaki emang nggak boleh kita salahin guys, karena semua salah cuma berasal dari kita sebagai manusia, ane sadar banget sih ane udah lalai jaga badan yang Allah amanahin, dan nggak sabaran dalam ngobatin si jerewi-jerewi ini, makanya jadi gampang kesel dan deperesi huhuhu T.T

Dan.. Gaiiiiis, setelah semua jadi begini ada banyak hal yang ane pahamin atau bisa dibilang hikmah sih dari ini semua, nah disini poinnya yang mau ane share ke semua anak abegeh yang punya kegundahan yang sama kayak yang ane rasain. JADI, guys... kita harus huznuzon sama apapun yang Allah kasih, liat semua hal dari banyak sisi, khususnya soal jerewi-jerewi ini, kalian pernah mikir nggak kalo si mungil merah jambu yang bertengger imut di muka kita ini bisa jadi hijab (pelindung) buat muka kita? waah apa tuh maksudnya? kalian tau kan arti hijab? sederhanya sih hijab adalah penutup aurat kita, buat muslimah tau kan bagian mana aja ditubuh kita ini yang termasuk aurat? yup! bener banget, aurat kita adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan, taaaaapiiiii... aurat juga bisa kita artiin sebagai bagian tubuh yang bisa jadi terlihat menarik dimata non mahrom, kayak misalnya muka, kalian sadar nggak kalo muka kita ini bisa jadi "mengganggu" iman ikhwan? bukan bermaksud GR, tapi hati dan pikiran orang siapa sih yang tau? iya kan? jadi inilah salah satu hikmah dari munculnya pasukan mungil merah jambu dimuka kita ini, berfungsi sebagai hijab demi nggak "mengganggu" mata dan iman "mereka" yang nggak halal buat mandangin kita. Adem kan kalo mikir kesitu? dan ada hal menarik lain yang bisa kita ambil dari hadirnya si jerawat ini, kalian harus sadar kalo akhirnya nanti cuma "mereka" yang tampan hatinya yang bisa terima kita apa adanya tanpa mandang rupa, karena yang tampan hatinya selalu menilai wanita dari cantik jiwanya. iiiiih manis kan? semoga itu kamu. hihihihiw *tutupan muka* (nb: ini bukan menghibur diri, tapi mensugesti diri. itu beda. catat!!)

Tapi tapi tapi.. ingat! si pangeran yang tampan hatinya nggak akan datang dengan cuma-cuma, mereka akan datang kalo kita terus mempercantik jiwa, lagian didunia ini apa sih yang abadi? kulit yang mulus akan keriput seiring jalannya waktu, tubuh yang aduhai akan melemah karena tuntutan usia, dan wajah yang jelita akan tua juga pada akhirnya. Nggak ada yang abadi kan? tapi ada satu hal yang akan abadi sampe ke Syurga, ialah hati yang cantiknya terpancar dan bermanfaat bagi sesama. wiiiiih keren kan? Jadiiii... diantara kegundah gulanaan yang ane rasain ini, selain terus usaha buat menang ngelawan pasukan mungil merah jambu itu ane juga masih terus usaha buat "berdamai" sama "mereka" dengan pemikiran-pemikiran yang baik, walau kadang sedih juga kalo ngaca, makanya ane sekarang jadi agak males deket-deket kaca, hawatir sedih ujung-ujungnya ngeluh, dan ngeluh itu deket banget atau bahkan sodaraan sama kufur nikmat, tau kan kalo kita kufur nikmat nanti Allah cabut nikmat-Nya yang selama ini Dia kasih, tuh kalo udah gitu, gimana? hiiiih naudzubillahminzdalik. mending nggak usah sering-sering deh deket-deket kaca yah Gaiiiiis :D


Udah ah segitu aja curhatnya, ane mau maskeran dulu ngobatin jerewi-jerewi pake minyak zaitun (rekomendasi sekaligus hadiah dari nurul, temen ane yang juga udah mulai muak denger ane ngomongin jerawat :D), masih tetep ikhtiar yah guys! hehe. Semoga postingan kali ini bermanfaat, dan ngasih efek positif buat kalian yah kawan-kawan abegeh ku *peluk peluk lucu*. Semoga kita dikasih kesabaran buat memerangi pasukan mungil merah jambu dimuka imut kita ini dan semoga kita semua cepat sembuh dari sakit jerawat ini! Aamiin ^^v

*NB: Ingat! bahwa semua yang Allah beri selalu punya alasan, setiap penyakit ada obatnya, setiap masalah selalu hadir sepaket dengan solusinya, dan ini cuma jerawat bukan aib! Trims.

created by: @ninitatabon

Thursday, 1 January 2015

Rindu Bisa Apa?

Kalian tahu apa yang paling jauh jaraknya dengan kita saat ini? Adalah masalalu yang dengan kendaraan tercepat macam apapun tidak akan pernah bisa membawa kita untuk pergi kesana dan mengulangnya kembali. Dari judulnya saja saya yakin kalian sudah bisa mengira saya akan membahas tentang apa.

Saya adalah satu diantara sekian (mungkin banyak) orang yang benci pada apapun yang terjadi karena adanya waktu, benci yang mungkin sebagian orang rasakan namun lebih memilih acuh, karena tahu bahwa bagaimanapun waktu tak bisa mengembalikan masalalu, saya tahu, tanpa waktu saya tidak akan pernah ada, tanpa waktu dunia tidak begitu saja tercipta, karena Allah membutuhkan enam massa saat menciptakannya (Q.S Al-A'raf : 54), namun kini karena waktu, saya menjadi benci pada suara detik jam yang menempel didinding rumah, pada lembar demi lembar kertas kalender yang harus dirobek setiap harinya, bahkan terkadang saya benci pada hari libur disetiap hari minggu tiba, dan saya benci angka 1 pada setiap awal bulan yang terasa begitu cepat datang, kalian tahu kenapa saya benci semua itu? karena dari hal itu saya menyadari bahwa hidup semakin berlalu.

Tapi, saya harus tahu diri dan berterimakasih pada waktu karena darinya saya pernah menulis banyak cerita, tentang bahagia dan kecewa, tentang berharap dan patah hati, tentang tawa terbahak dan derai air mata, tentang saya bersama kalian. Di dunia ini ada yang bisa dan tidak bisa untuk diulang, menurut kalian cerita tentang kita ada dibagian mana...? Tapi, tidak usah dipikirkan jawabannya, karena dari waktu jugalah saya tahu bahwa banyak yang lebih penting untuk kalian pikirkan, seperti tentang tugas kuliah yang seabreg, tentang kegiatan yang harus kalian panitiai, tentang acara-acara yang harus kalian hadiri, tentang pekerjaan yang sudah menjadi kewajiban, tentang hari yang tak ada jeda untuk berleha, jadi.. biarkan saya yang tidak sedang berurusan dengan semua hal itu yang menjawabnya.

Sesungguhnya waktu tidak pernah salah, dan saya tidak cukup berani untuk menyalahkan hal yang memang sudah menjadi ketetapan-Nya, tapi setiap perasaan yang manusia miliki adalah hak asasi, bukan? begitupun dengan rasa benci. Saya bersyukur pada ketetapan Allah yang pasti dan selalu indah, karena waktu jua lah yang membuat orang-orang sekeliling saya bahagia, membuat kalian bahagia, namun tahukah, kawan? saya benci pada waktu karena dia membuat saya perlahan lupa bagaimana caranya bermain UNO, perlahan lupa pada rasa nasi orang-aring di kantin sekolah, perlahan lupa rasanya bermain genangan air dilapangan basket setelah hujan reda, perlahan lupa pada lelahnya kegiatan ekstrakulikuler sepulang sekolah, perlahan lupa pada kesalnya bersepeda dengan kaki yang belum mampu mencapai tanah, dan perlahan lupa pada pasrahnya diri ketika mamah mendandani saya saat ingin berangkat sekolah dengan bedak yang asal menempel di wajah saat saya masih berseragam putih merah, semua yang perlahan mulai lupa untuk saya ingat membuat saya kesal karena selalu menyadarkan saya bahwa waktu telah membuat semua berubah, dan semua tentang kalian hanya bisa dikenang tanpa bisa diulang.


Tapi saya memang tidak boleh membenci waktu karena waktulah yang melahirkan rindu, dan saat ini rindu adalah alasan saya mencoba untuk sedikit menulis tentang kita, namun jika semua memang sudah hambar rasanya, maka rindu bisa apa?




Haurgeulis, 1 Januari 2015.

Nita. *gambar kepala kodok*