Dari
sekian ribu sel telur yang berebut ingin menjadi seorang janin anak manusia..
Aku adalah pemenang, aku terpilih, dan aku dipertahankan. Ibu, bapak.. Mereka,
dua orang manusia, sepasang malaikat penjaga yang dikirim Allah langsung atas
ridho-Nya.
Aku..
Seorang anak, titipan sang pencipta, buah hati sepasang malaikat, sebuah
amanah.
Aku..
benih yang seorang wanita jaga dalam rahimnya, janin yang dibiarkan tumbuh
dalam tubuhnya, seorang calon manusia yang diberi kesempatan untuk hadir ke
dunia dengan cara mempertaruhkan nyawa seorang wanita.. Ibu.
aku..
Seorang makhluk lemah yang diperjuangkan hidupnya oleh seorang laki-laki
tangguh, laki-laki yang selalu berjuang mencari rizki yang halal untuk gizi
dalam tubuhku, laki-laki hebat yang membanting tulangnya setiap hari untuk
kelangsungan hidup seorang istri dan anak-anaknya, seorang laki-laki kuat yang
tak merasakan teriknya matahari,sakitnya angin malam, dan dinginnya dibasahi
air hujan yang sangat deras demi istri dan anak-anaknya yang menanti disebuah
rumah sederhana, laki-laki yang lebih dari sekedar luar biasa.. Bapak.
aku
diperjuangkan, aku dipertahankan, aku dilindungi, aku dirawat untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Aku.. Seorang anak yang diberikan kebahagiaan oleh
mereka dengan cara apapun, aku yang dicintai. Mereka mempertaruhkan apapun,
nyawa, harta, benda dan semua yang mereka miliki, mempertaruhkan semuanya untuk
ku, untuk bahagiaku.. Saat sudah tak ada yang mampu dipertaruhkan, tak ada lagi
yang mampu diberikan, mereka rela menanggung beban dengan berhutang pada
siapapun, demi kelangsungan hidupku.. Hidup layak ku.
lalu,
ketika aku mulai tumbuh dan berkembang, aku miliki cita-cita, miliki keinginan,
miliki angan, dan miliki cinta.. Untuk siapa lagi jika bukan untuk mereka?
Bahagia
ini? Tawa lepas ini? Tangis haru ini? Keinginan itu dan ini? Untuk siapa lagi?
Untuk siapa lagi jika bukan untuk sepasang malaikat yang dinamakan "orang
tua".
Dan..
Ketika keinginan itu, cita-cita itu, harapan itu bukan menjadi bahagia mereka,
ingin mereka, harap mereka, harus apakah kita? Akan menjadi apakah harap yang
tanpa bahagia mereka? Akan menjadi apakah ingin yang tanpa ridho mereka?
Harapan
besar, keinginan besar, akan mati begitu saja ketika mereka.. Sepasang malaikat
itu menginginkan harap yang lain, harap yang tak kita ingini, harap yang..
Bukan harapku.
Akan
menjadi apa harapku? Akan menjadi apa? Walau ku tau harap mereka adalah baik
untuk ku, ingin mereka adalah pasti indah untuk hidupku, karena ridho mereka
adalah ridho Rabbku. Namun.. Tetap sulit untuk ku.
aku
diciptakan bukan untuk menjadi seorang pembangkang, aku di lahirkan untuk
menjadi penyabar, aku dirawat untuk menjadi pembuat bahagia, dan aku diberikan
kesempatan hidup menginjak dunia untuk membanggakan mereka.. Orang tua ku.
Aku
diberikan kesempatan hidup dengan harap kebahagiaan orang tua ku.
Aku
diberikan kesempatan hidup dengan harap kebanggaan orang tua ku.
Dan..
aku diberikan kesempatan hidup, untuk mampu menjadi benar, dan mampu membawa
orang tua ku berjalan menuju surga Rabbku.
“Ridhollahi
biridhowalidaini” – ridho Allah ada pada ridho orang tua.
Apapun
harapku, apapun inginku, apapun cita-cita ku, semua untuk orang tua ku, dan
suatu keadaan tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kesuksesan selama ridho
orang tua tak ada di dalamnya.
Untuk
sepasang malaikat, untuk orang tua ku.
No comments:
Post a Comment