Friday, 26 October 2012

Harap dan Orang tua.

Dari sekian ribu sel telur yang berebut ingin menjadi seorang janin anak manusia.. Aku adalah pemenang, aku terpilih, dan aku dipertahankan. Ibu, bapak.. Mereka, dua orang manusia, sepasang malaikat penjaga yang dikirim Allah langsung atas ridho-Nya.

Aku.. Seorang anak, titipan sang pencipta, buah hati sepasang malaikat, sebuah amanah.
Aku.. benih yang seorang wanita jaga dalam rahimnya, janin yang dibiarkan tumbuh dalam tubuhnya, seorang calon manusia yang diberi kesempatan untuk hadir ke dunia dengan cara mempertaruhkan nyawa seorang wanita.. Ibu.

aku.. Seorang makhluk lemah yang diperjuangkan hidupnya oleh seorang laki-laki tangguh, laki-laki yang selalu berjuang mencari rizki yang halal untuk gizi dalam tubuhku, laki-laki hebat yang membanting tulangnya setiap hari untuk kelangsungan hidup seorang istri dan anak-anaknya, seorang laki-laki kuat yang tak merasakan teriknya matahari,sakitnya angin malam, dan dinginnya dibasahi air hujan yang sangat deras demi istri dan anak-anaknya yang menanti disebuah rumah sederhana, laki-laki yang lebih dari sekedar luar biasa.. Bapak.

aku diperjuangkan, aku dipertahankan, aku dilindungi, aku dirawat untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Aku.. Seorang anak yang diberikan kebahagiaan oleh mereka dengan cara apapun, aku yang dicintai. Mereka mempertaruhkan apapun, nyawa, harta, benda dan semua yang mereka miliki, mempertaruhkan semuanya untuk ku, untuk bahagiaku.. Saat sudah tak ada yang mampu dipertaruhkan, tak ada lagi yang mampu diberikan, mereka rela menanggung beban dengan berhutang pada siapapun, demi kelangsungan hidupku.. Hidup layak ku.

lalu, ketika aku mulai tumbuh dan berkembang, aku miliki cita-cita, miliki keinginan, miliki angan, dan miliki cinta.. Untuk siapa lagi jika bukan untuk mereka?
Bahagia ini? Tawa lepas ini? Tangis haru ini? Keinginan itu dan ini? Untuk siapa lagi? Untuk siapa lagi jika bukan untuk sepasang malaikat yang dinamakan "orang tua".
Dan.. Ketika keinginan itu, cita-cita itu, harapan itu bukan menjadi bahagia mereka, ingin mereka, harap mereka, harus apakah kita? Akan menjadi apakah harap yang tanpa bahagia mereka? Akan menjadi apakah ingin yang tanpa ridho mereka?
Harapan besar, keinginan besar, akan mati begitu saja ketika mereka.. Sepasang malaikat itu menginginkan harap yang lain, harap yang tak kita ingini, harap yang.. Bukan harapku.
Akan menjadi apa harapku? Akan menjadi apa? Walau ku tau harap mereka adalah baik untuk ku, ingin mereka adalah pasti indah untuk hidupku, karena ridho mereka adalah ridho Rabbku. Namun.. Tetap sulit untuk ku.

aku diciptakan bukan untuk menjadi seorang pembangkang, aku di lahirkan untuk menjadi penyabar, aku dirawat untuk menjadi pembuat bahagia, dan aku diberikan kesempatan hidup menginjak dunia untuk membanggakan mereka.. Orang tua ku.

Aku diberikan kesempatan hidup dengan harap kebahagiaan orang tua ku.
Aku diberikan kesempatan hidup dengan harap kebanggaan orang tua ku.
Dan.. aku diberikan kesempatan hidup, untuk mampu menjadi benar, dan mampu membawa orang tua ku berjalan menuju surga Rabbku.

“Ridhollahi biridhowalidaini” – ridho Allah ada pada ridho orang tua.
 Apapun harapku, apapun inginku, apapun cita-cita ku, semua untuk orang tua ku, dan suatu keadaan tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kesuksesan selama ridho orang tua tak ada di dalamnya.

Untuk sepasang malaikat, untuk orang tua ku.

No comments: